BAYANGAN
I.
PENDAHULUAN
Kita sudah tahu bahwa psikologi adalah ilmu
kejiwaan. Tetapi terlepas dari hal pokok dalam psikologi, dalam bab lain dalam
psikologi ada yang membahas tentang apa itu bayangan dan hal-hal yang berkaitan
tentang bayangan.
Bayangan sendiri sering disebut pula dengan istilah tanggapan.
Definisi tanggapan ialah: gambaran ingatandari pengamatan. Misalnya berupa
kesan pemandangan alam yang baru kita lihat, melodi indah yang baru menggema,
dan lain-lain. Selain kita membahas pengertian bayangan kita juga membahas
tentang halusinasi.
Pada halusinasi orang merasa bahwa ia seakan-akan menerima sesuatu
stimulus yang sebenarnya secara objektif stimulus tersebut tidak ada. Pada
halusinasi terjadi bayangan yang jelas seperti pada persepsi.
Sesungguhnya
tiap-tiap orang perlu sekali mengetahui dasar Ilmu jiwa umum, dalam pergaulan
hidup sehari-hari, Ilmu jiwa perlu sebagai dasar pengetahuan untuk dapat
memahami jiwa orag lain.
Kita dapat mengingat kembali sesuatu yang pernah kita amati.
Gambaran ingatan dari sesuatu pengamatan disebut tanggapan, pemakalah disini
akan mengupas habis tentang masalah tanggapan dan hal-hal yang ada disekitarnya
II.
RUMUSAN
MASALAH
a.
Apa Pengertian
bayangan?
b.
Apa
saja Tipe-tipe tanggapan?
c.
Apa Perbedaan
antara persepsi dan bayangan?
d.
Apa
Fungsi dari tanggapan?
III.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
bayangan
Istilah bayangan sering disebut pula dengan istilah tanggapan[1].
Definisi tanggapan ialah: gambaran ingatan dari pengamatan. Misalnya berupa
kesan pemandangan alam yang baru kita lihat, melodi indah yang baru menggema,
dan lain-lain. Tanggapan juga berarti sesuatu gambaran jiwa yang menyerupai
benda yang diamati. Tidak semua hasil pengamatan itu bertempat atau terletak
padda alam sadar, bahkan sebagian besar dari hasil pengamatan itu terletak
dialam sadar (bawah sadar). Sungguhpun demikian tanggapan yang terletak dibawah
alam sadar itu dapat kita panggil kembali untuk disadarkan.[2]
Pada pengamatan berlangsung
perangsang-perangsang. Maka, tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami, jika
perangsang sudah tidak ada. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti,
dan hanya tinggal kesan-kesan nya saja, peristiwa sedemikian ini disebut
sebagai tanggapan.
Tanggapan
disebut latent (tersembunyi, belum terungkap), apabila tanggapan
tersebut ada dibawah sadar, atau tidak kita sadari. Sedang tanggapan disebut
aktual, apabila tanggapan tersebut kita sadari. Pada umumnya, kesab atau gambar
pengamatan itu lebih jelas, lebih jernih, dan lebih lengkap daripada gambar
tanggapan.[3]
Dengan perantara
panca indera, orang dapat menyadari tentang keadaan-keadaan disekitarnya. Dalam
hal ini, tidak hilang begitu saja. Melainkan disimpan di dalam jiwa individu
itu. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam proses menanggap atau
membayangkan kembali merupakan presentasi, yaitu, membayangkan kembali atau
menimbulkan kembali gambaran-gambaran yang erjadi pada persepsi maupun dalam
tanggapan kedua-duanya dapat membentuk gambaran tetapi pada umumnya gambaran
yang terjadi pada persepsi lebih jelas dan lebih lengkap apabila dibandingkan
dengan gambaran pada tanggapan.
Pengamatan akan
terjadi apabila ada perangsangan. Lonceng dibunyikan orang: saya dengar bunyi
lonceng itu. Dengan perkataan lain saya mengamati sesuatu. Pada tanggapan tidak
ada perangsangan. Tiap saat dimana saja dapat saya menimbulkan tanggapan bunyi
lonceng itu, itulah sebabnya kita katakantanggapan tidak terikat kepada tempat
dan waktu.[4]
2.
Tipe-tipe
tanggapan
a.
Bayangan Eidentik
Bayangan
Eidentik ialah tanggapan yang jelas dan hidup sehingga menyerupai pengamatan.
(eidos=bayangan/ areal).[5]
Menurut
Erich dan Walter Jaensch bayangan eidetik ini dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
a)
Tipe
Tetanoid atau Tipe T :
Pada tipe ini bayangan lebih menyerupai bayangan pengiring. Sesudah
melihat suatu benda seakan-akan benda itu masih terlihat di hadapannya.
Biasanya gambar ini menampak dengan warna komplementer
Bayangan
eidentik bagi tipe ini tidak lekas timbul dengan sendirinya atau ditimbulkan.
b)
Tipe
Basedoid atau Tipe B :
Bayangan pada tipe ini dapat timbul dengan sendirinya, dan dapat
pula timbul dengan sengaja. Pada umumnya sifatnya hidup,bergerak dan dengan
warna yang asli(Bigot,dkk,1950)[6]
Bayangan
bagi tipe ini mudah ditimbulkan secara mendadak atau spontan.
b.
Proses Pengiring
Proses pengiring ialah besar kecilnya pengaruh dari kesan-kesan
yang dimiliki. Dapat dibedakan dalam 2 macam ialah :
-
Fungsi sekunder, artinya pengaruh dari kesan yag telah dimiliki besar sekali,
ia sukar melupakan pengalaman-pengalaman pada masa lampau. Jadi kesan-kesan
masa lampau selalu berada di ruang kesadaran, sukar dimasukan di bawah
kesadaran, sukar menyesuaikan diri.
-
Fungsi primer, artinya pengaruh-pengaruh dari kesan yang telah dimiliki sejak
kecil sekali. Ia mudah melupakan pengalaman masa lampau, mudah masuk kebawah
sadar, mudah menyesuaikan diri. Hal ini besar pengaruhnya pada watak seseorang.
c.
Reproduksi
Yang dimaksud dengan Reproduksi ialah dikeluarkannya
tanggapan-tanggapan dari ketidak sadaran kita ke bahagian sadar kita, ketika
mengingat kembali suatu yang telah kita amati dan telah kita alami.[7]
Reproduksi dapat terjadi dengan alat-alat perantara atau tanpa
perantara. Yang dengan perantara, misalnya karena pengaruh perkataan : kita
membaca perkataan Surabaya, maka timbullah tanggapan-tanggapan tentang kebun
binatang., tugu pehlawan, jembatan merah dan sebagainya. Sedang yang tanpa
perantara terjadi karena kekuatan sendiri timbul di ruang kesadaran. Reproduksi
ini dapat terjadi tidak dengan sengaja atau pun dengan sengaja.
d.
Asosiasi
Asosiasi dari tanggapan ialah perkaitan dari tanggapan-tanggapan. Tanggapan
mengenai benda-benda disekitar kita selalu terasosiasi dengan nama-nama dari
bendanya. Maka berlakulah hukum assosiasi yang berbunyi : “tanggapan-tanggapan
yang terasosiasi satu sama lain iu cenderung untuk saling memproduksi”,[8]
Artinya jika yang satu disadari, maka yang lain ikut disadari pula. Maka
psikologi kuno menyusun lima hukum asosiasi sebagai berikut:
a.
Hukum
sama waktu atau serentak:
Artinya
beberapa tanggapan yang dialami waktu yang sama akan bersatu dengan lainnya.
Misalnya antara bentuk benda dengan namanya, dengan rasanya, dengan baunya,
dengan warnanya: karena pada waktu kita mengamati bentuk benda tersebut
sekaligus kita telah mendengar namanya, membau-nya, mengenyam rasanya, melihat
warnanya dan sebagainya.
b.
Hukum
berurutan :
Artinya
beberapa yang kita alami berturut-turut yang satu dengan yang lain akan
beasosiasi. Misalnya kakak dengan adik-adiknya, abjad a, b, c, d, dengan angka
1 2 3 4 dan sebagainya.
c.
Hukum
serupa atau persamaan :
Artinya
beberapa tanggapan yang serupa, sejenis, identik, dan sebagainya, satu dengan
yang lainnya akan berasosiasi. Dengan catatan bahwa yang lama atau yang sering
dialami akan dijadikan pedoman. Misalnya : seorang anak untuk pertama kali
melihat harimau di kebun binatang. Ia teringat pada kucing besar.
d.
Hukum
berlawanan :
Artinya
tanggapan-tanggapan yang berlawanan satu dengan yang lainnya akan berasosiasi.
Misalnya : sangat gemuk dan sangat kurus, sangat besar dengan sangat kecil,
sangat tinggi dengan sangat pendek dan sebagainya.
e.
Hukum
logis : atau hukum sebab akibat,
Artinya
suatu tanggapan yang sedang kita alami akan mengingatkan kita kepada
sebab-sebab atau pun akibat-akibatnya. Misalnya hujan lebat akan mengingatkan
mendung dapat pula mengingatkan banjir dan sebagainya.
Oleh
karena aliran ilmu jiwa modern hukum-hukum asosiasi ini disederhanakan sebagai
berikut:
- Hukum kontiuitet (berdampingan), artinya beberapa tanggapan yang
dialami pada waktu yang sama atau berturut-turut.
-
Hukum persamaan atau serupa.
-
Hukum berlawanan.
e.
Apersepsi
Apersepsi (aperseption), ialah pengamatan yang dilakukan dengan
sadar terhadap bahan-bahan dari luar (menurut Leibnitz).
Menurut Wundt, apersepsi ialah proses kemauan yang memimpin
jalannya pekerjaan jiwa dan yang menempatkan gejala kejiwaan pada pusat
kesadaran di dalam hubungan kategorial, artinya menurut jenis, golongan, dan
bagian.
Tipe tanggapan menurut macam indera yang dipergunakan untuk membentuk
tanggapan-tanggapan, maka dapat digolongkan dalam beberapa tipe ialah :
a.
Permata
(visueel), ialah orang yang mudah memahami sesuatu yang dilihatnya.
b.
Penelinga
(auditief), ialah orang yang mudah memahami sesuatu yang didengarnya.
c.
Penganggota
(motoris), ialah orang yang mudah memahami sesuatu yang diikuti dengan gerakan.
d.
Peraba
(tactile), ialah orang yang mudah memahami sesuatu yang dirabanya.[9]
3.
Perbedaan
antara persepsi dan tanggapan
Terdapat perbedaan antara yang satu dengan yang lain yaitu:
a.
Pada
persepsi dibutuhkan adanya objek yang dipersepsi dan ini akan menimbulkan
gambar persepsi. Gambaran yang terjadi pada persepsi akan jelas, lebih terang
daripada gambaran tanggapan. Ini disebabkan karena dalam tanggapan tidak
dibutuhkan adanya objek lagi sehingga pada umumnya gambarnya kurang jelas.
b.
Oleh
karena persepsi terikat akan adanya objek, maka pada persepsi akan terikat pada
waktu dan tempat. Orang mempersepsi pada seuatu tempat dan waktu tertentu.
Orang tidak dapat mempersepsi terlepas dari tempat dan waktu. Sebab waktu dan
tempat mengikat objek yang dipersepsi. Tetapi halnya dengan tanggapan. Pada
tanggapan orang dapat terlepas dari soal waktu dan tempat, ini berarti bahwa
manusia dapatmenganggap atau membayangkan stiap waktu atau setiap tempat. Tanpa
adanya objek orang dapat menaggap atau membayangkan apa yang ingin dibayangkan.
c.
Persepsi
berlangsung selama stimulus itu bekerja dan selama perhatian tertuju kepadanya,
sedangkan tanggapan berlangsung selama perhatian tertuju kepada membayangkan
itu.[10]
4.
Fungsi-fungsi
tanggapan
Ada
dua fungsi tanggapan yaitu: fungsi primer dan fungsi sekunder
a.
Fungsi
primer
Apabila
tanggapan-tanggapan yang kita sadari itu langsung berpengaruh pada kehidupan
kejiwaan (berpikir, perasaan, pengenalan), maka fungsi tanggapan tadi disebut
sebagai fungsi primer.
b.
Apabila
tanggapan tanggapan-tanggapan yang sudah tidak kita sadari dan ada dalam bawah
sadar itu masih terus berpengaruhterhadap kejiwaan kita, maka fungsi tanggapan
itu disebut sebagai fungsi sekunder.
Pengaruhnya
disebut : pengaruh lanjut tanggapan-tanggapan atau fungsi-fungsi tanggapan.
Makna dari fungsi sekunder ini ialah fungsi-fungsi tersebut menyangkut pengalaman-pengalaman
masa lampau, yaitu sedikit banyak pasti memberikan pengaruh kepada kepribadia
kita sekarang.
Individu-individu
yang memiliki fungsi sekunder yang lemah atau memiliki fungsi primer yang
dominan, mempunyai ciri-ciri khas, yaitu ; charmant, menarik, banyak
gerakannya, spontan, garang, hebat, hidup, manis hati, ramah, mudah mengerti,
namun dangkal pengetahuannya dan suka mengajuk, dan lain-lain.
Sedang
orang yang mempunyai fungsi sekunder dominan memiliki sifat diantaranya sebagai
berikut: suasana hatinya rata, tenang, tekun, teliti, hemat, wataknya tertutup,
berbicara dan ketawanya sedikit sering kelihatan kaku, tidak menarik, dan
membosankan. Fungsi sekunder ini menjadi salah satu azas dari pembagian
karakter atau watak yang disusun oleh professor Heymans.[11]
IV.
KESIMPULAN
Dari
penjelasan diatas kita apat menyimpulkan bahwa bayangan adalah suatu gambaran
jiwa yang menyerupai benda yang diamatinya.
Tipe-Tipe
Tanggapan meliputi:
1.
Bayangan Eidentik
2.
Proses Pengiring
3.
Reproduksi
4.
Asosiasi
5.
Apersepsi
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami
sampaikan tentang”Bayangan”di sertai dengan contoh dan semoga
bermanfaat bagi kita semua. Tentunya makalah ini tidak terlepas dari kesalahan
maupun kekurangan dalam pengisian materi. Oleh karena itu, Pemakalah
mengharapkan kritikan maupun saran guna memperbaiki makalah-makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
v Walgito, Bimo, Pengantar
Psikologi Umum,Yogyakarta: Andi Ofse,1990
v Kartono, Kartini, Psikologi Umum, Bandung: Alumni, 1984
v Dakir, Psychologi Umum, Jogjakarta: jajasan penerbitan
FIP-IKIP, 1970
v A. Ghazali, Ilmu Jiwa, Bandung: Ganaco, 1980
v F. Patty, woerjo, Kasriman, dkk, Pengantar Paikologi Umum, Surabaya: Usaha Nasional,1982
diakses
pada tanggal 17 april 2013
[1]
Drs. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset,
1990), hal.97
[2]
Drs. Dakir, pengantar psychologi umum, (Yogyakarta:Jajasan Penerbitan
fip-ikip,1970), hal.73
[3]
Dra. Kartini Kartono, psikhologi umum, (Bandung: penerbit Alumni, 1984),
hal.72
[4]
Prof. A. Ghozali, M.A.es, ilmu jiwa,(Bandung:Ganaco NV, 1980), hal.37
[5]
http://lailatur-rahmah.blogspot.com/2011/05/psikologi-pendidikan-tanggapan.html
[6]
Drs. Bimo Walgito,opcit hal 99
[7]
Prof. F. Patty MA, prof. Dr. Kasmiran Woerjo MA, dkk, pengantar psikologi
umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal.106
[8]
Dra. Kartini Kartono, opvit hal75
[9]
http://lailatur-rahmah.blogspot.com/2011/05/psikologi-pendidikan-tanggapan.html
[10]Drs.
Bimo Walgito, opcit. Hal.97-98
[11]
Dra. Kartini Kartono, opcit, hal.73-74
0 komentar :
Posting Komentar