Kamis, 12 September 2013


THEOLOGI AHMADIYAH

Makalah
Disusun Guna Memenuhi
Tugas mata kuliah : Tauhid
Dosen Pengampu : Bapak Drs.M.Mudhofi,M.Ag

  

                                                     

Disusun Oleh :
1.     Imamah zuhroh                       (121111046)
2.     Iman najmudin                        (121111047)
3.     Masru’ah                                (121111058)
4.     Milatul karimah                       (121111062)




FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012




                     
1.     PENDAHULUAN
Gerakan ahmadiyah merupakan ajaran Mirza Ghulam Ahmad. Dia dilahirkan di Qadian, distrik  Gusdaspur, punjab wilayah India pada 1839 dan meninggal pada tahun 1889. Ghulam ahmad mengaku dan mengumumkan bahwa dirinya menerima wahyu langsung dari tuhan, menunjukkan sebagai Al-Mahdi Al-Mau’ud, atinya imam mahdi yang di janjikan, agar masyarakat berbaiat (sumpah setia) kepada nya.
Adapun isi ba’iat nya adalah keyakinan atas ikrar untuk  menjauhi berbuat syirik, melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari semalam, beriman kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, taat kepada ajaran Al-Qur’an, bersikap sopan santun. Sampai disini, ajaran nya masih wajar, tidak ada yang menyimpang dengan ajaran islam yang dikenal masyarakat.[1]

2.     RUMUSAN MASALAH
a.      Bagaimana Ajaran-ajaran ahmadiyah?
b.     Bagaimana Perkembangan Ahmadiyah?
c.      Tanggapan dan ulasan tentang aliran ahmadiyah

3.     PEMBAHASAN
a.      Ajaran-ajaran Ahmadiyah
Ajaran ba’iat itu tidak menerangkan kewajiban zakat dan menunaikan haji, bahkan Ghulam Ahmad sendiri seumur hidup tidak pernah haji, dengan alasan tidak berkemampuan, tidak istitho’ah. Di samping itu ada ikrar dalam ba’iat bila seorang anggotanya meninggal, maka semua harta kekayaan nya di kelola oleh Ghulam Ahmad. Bentuk persaudaraan ini merupakan ajaran tertinggi di kalangan ahmadiyah. Ba’iat pertama kali dilakukan di Ludiana, dekat Qodian, diikuti oleh 20 orang, di antaranya bernama Maulwi Nurudin, seorang dokter yang kemudian menjadi pengikut paling setia. Pengikut Mirza Ghulam Ahmad disebut Ahmadiyah atau kadang-kadang disebut Mirzaiyah.
Pada 1891, Ghulam Ahmad membuat pengakuan yang mengejutkan dan menghebohkan masyarakat. Selain telah mengaku sebagai Al-mahdi Al-Mau’ud, kemudian mengaku sebagai Al-Masih Al-Mau’ud, artinya  sebagai penjelmaan Nabi Isa al-Masih yang dijanjikan. Dalam ajaran nya, dia beranggapan bahwa Nabi isa setelah dapat menyelamatkan dari salib yang dilakukan oleh laskar Romawi. Mula-mula Nabi Isa bersembunyi di taman Getsemani kemudian di tangkap laskar Romawi dan digiring engan memikul kayu salib. Setelah Nabi Isa dapat menyelamatkan diri, lalu melarikan diri ke arah timur, dan akhirnya sampai di daerah Lahore, hidup sampai  berumur 120 tahun dan dimakamkan disana.
Ajaran Ahmadiyah mengakui kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad Saw, juga diakui sebagai Khatam an-Nabiyyin, bahkan menurut ajaran ini mengingkarinya berati kafir. Tetapi khatam an-Nabiyyin diartikan sebagai Nabi yang mulia. Nabi tertinggi diantara Nabi seorang Nabi, sedangkan dalam keimanan islam pada umumnya diartikan sebagai Nabi terakhir, tidak akan ada manusia yang menerima wahyu sesudah Nabi Muhammad Saw.
Ghulam Ahmad juga mengakui bahwa wahyu yang dia terima itu tidak setinggi martabat wahyu yang diterima Nabi Muhammad Saw. Oleh sebab itu, Al-Qur’an Ahmadiyah adalah Al-Qur’an yang dipakai oleh sunni pada umumnya. Demikian juga hadits yang dipakai Ahmadiyah adalah hadits yang dipandang shohih menurut ilmu hadits pada umumnya.
Ajaran Ahmadiyah yang umumya diaggap menyimpang itu adalah terutama mengenai tiga hal yaitu:
1.     Penyaliban Nabi Isa As
2.     Al Mahdi yang dijanjikan akan munculdi akhir zaman dan
3.     Tentang pengapusan berjihad.[2]
b.     Perkembangan Ahmadiyah
Setelah Ghulam Ahmad meninggal pada tahun 1908, gerakan Ahmadiyah terpecah menjadi dua golongan :
 1. Ahmadiyah Qadian : menegaskan bahwa Ghulam Ahmad itu Nabi sesudah Nabi Muhammad. Dia adalah Nabi pengiring bagi beliau, bagaikan Nabi Harun, pengiring bagi Nabi Musa as. Mereka tinggal di daerah Gul, berdampingan dengan orang-orang muslim lain nya yang tetap tidak mengakui Ghulam Ahmad sebagai Nabi. Mereka yang tidak percaya terhadap kenabian Mirza dipandang nya sebagai orang kafir. Golongan sunni menolak ajaran tersebut, dengan mengeluarkan  pernyataan resmi pengadilan agama yang menetapkan bahwa pengikut Qodian bukanlah termasuk golongan muslim.
 2. Ahmadiyah Lahore : tidak terlalu menyimpang jauh seperti Qodiani tetapi tetap heterodox artinya menyimpang dari paham sunni. Mereka beranggapan sebagai mujaddid atau pembaru, mereka berdasarkan pada hadits berikut.

ان الله يبعث لهد ه الامة على راء س كل مائة سنة من يجد لها د ينها-حديث صحيح          
                                               

“Sesungguhnya Allah Ta’ala bakal membangkitkan dikalangan umat ini pada setiap awal seratus tahun orang yang memperbarui baginya akan agamanya”
Ajaran Ahmadiyah ini mendapat tentangan dari ulama-ulama’ Sunni, diantaranya dari Abdul Haqq al-Gaznawi, seorang mualwi dari Amritsar. Tantangan yang paling keras muncul dari Muhammad Husein, seorang tokoh pimpinan ahlul hadits dari Batala (kota di distrik Gusdapur) dan editor koran berbahasa urdu Isha’at at’i sunnah.
Dalam pengakuan nya, Ahmadiyah percaya kepada Al-Qur’an dan hadits Nabi. Tetapi masih menambah lagi kitab yang dalam kenyataan nya justru dipandang lebih utama, yaitu kitab Tadzkirah, Haqiqah Al-Wahyi dan lain-lain. Dalam kitab tersebut terdapat potongan ayat Al-Qur’an bercampur dengan yang lain. Contohnya :
1.     Kitab Tadzkirah, hal.224, menerangkan:
“wahai Ahmad-Ku, engkau adalah tujuan-ku dan bersamaku engkau terhormat pada pandangan-Ku. Aku memilih engkau untuk diri-Ku. Katakanlah ; jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, dan dia mengasihi kalian. Dan dia maha penyayang diantara penyayang.”
            Ayat tersebut merupakan bajakan dari Al-Qur’an surat Yusuf,ayat 64.
2.     Kitab tadzkirah, hlm.219 menerangkan
“Dia memanggilku dan berkata: “katakanlah kepada hamba-hambaku sesungguhnya aku diperintahkan dan aku adalah orang yang pertama dari orang beriman. Tuhanku memanggilku dari langit, agar aku membuat pershu (jemaat Ahmadiyah) atas pengetahuan dan wahyu kami.”
Ayat tersebut merupakan bajakan dari surat Hud,ayat 37 dan surat al fath ayat 10 yang di sambung menjadi satu wahyu tersebut diatas menguatkan Mirza untuk membentuk jama’ah Ahmadiyah.
 Ahmadiyah Qodian masuk ke Indonesia pada 1925, dibawa oleh Rahmat Ali, ahli dakwah Ahmadiyah. Ajaran nya banyak mendapat pertentangan, walaupun banyak mendapatkan pertentangan gerakan ini tumbuh terus. Untuk menyebarkan ajaran nya mereka mempunyai 6 muballigh dari India dan Pakistan serta 10 muballigh dari Indonesia. Ajaran Ahmadiyah juga di sebarkan melalui penerbitan buku-buku berbahasa Indoesia.[3] Syafi’i mengatakan bahwa di Indonesia ada jema’at Ahmadiyah yang bernama lengkap jema’at Ahmadiyah Indonesia,di dirikan tahun 1925 M.[4]
Ajaran Ahmadiyah Lahore dibawa ke Indonesia oleh Mirza Wali Ahmad Baig dan Maulana Ahmad pada tahun 1924. Kedua muballigh ini pertama kali tinggal di Yogyakarta. Maulana Ahmad kemudiankembali ke Lahore, tetapi Mirza Wali Ahmad Baig tetap tinggal di jawa hingga 1936. Dialah yang di anggap berjasa mengembangkan ajaran Ahmadiyah Lahore di Indonesia. Di Indonesia terdapat dua golongan Ahmadiyah. Golongan Qodian disebut jema’at Ahmadiyah Indonesia (JAI) berdiri tahun 1925, kini berpusat di Parung,Bogor, sedangkan golongan Lahore berdiri tahun 1928 di sebut gerakan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI), berpusat di Yogyakarta.[5]
Satu hal lagi yang menarik dari tingkah laku Nabi India itu ialah koleksi-koleksi wahyu nya. Di antara kitab-kitab yang ia tulis ada semacam kitab suci, dimana didalam nya terdapat kumpulan-kumpulan wahyu yang ia terima dari Tuhan nya kemudian wahyu-wahyu itu ia gabungkan dengan potongan-potongan ayat suci Al-Qur’anul karim.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang dibajak Mirza Ghulam Ahmad itu dimasukkan dalam karangan nya secara terpotong-potong. Kemudian ia rangkaikan potongan-potongan ayat suci itu dengan ucapan-ucapan nya sendiri dan hasil nya mirip firman-firman Tuhan dalam Al-Qur’an, namun pada kenyataan nya merupakan Qur’an mmade in Qodi’an.
Bila hendak memulai membaca kitab suci Qadian itu, bagi orang-orang Ahmadiyah ditanam pada lubuk hati mereka keimanan bahwa kitab suci Mirza Ghulam Ahmad sama dengan kitab suci Al-Qur’anul Karim. Tentu saja keimanan yang demikian itu harus tertanam pula pada orang-orang yang bukan Ahmadyah apabila mereka bermaksud memasuki aliran Mirza Ghulam Ahmad .”kita mengimani sebagaimana kita mengimani kitab yang diturunkan pada Nabi Khaliqil Anam.  Demikian kata mirza
mirzaGhulam selanjutnya mengatakan bahwa wahyu-wahyu yang ia terima dari Tuhan nya itu terkadang ia terima secara langsung atau secara lewat perantara,yakni lewat malaikat. Ia berkata : “Telah datang kepada ku Malaikat  jibril dalam kitab Mirza Ghulam Ahmad tersebut.[6]
c.      Tanggapan dan ulasan
Hanya dua saja tanggapan menurut penulis
a.      Ayat 40 surat Al-Ahzab, Ahmadiyah Qodian memaknai bahwa Nabi Muhammad itu adalah Nabi yang paling sempurna, pemegang cincin kenabian para Nabi, bukan Nabi yang terakhit atau Nabi penutup. Sebab sesudah nya masih ada Nabi lagi yaitu Mirza Ghulam Ahmad itu sendiri. Pemahaman nya terhadap surat Al-Ahzab ayat 40 merupakan pemahaman jalan lain. Tak satupun kitab Tafsir yang mu’tabar beredar menrangkan hal seperti itu. Jelaslah itu merupakan ambisi pribadi sendiri. Diterangkan pada beberapa hadits bahwa sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah putus (habis) karena itu tidak ada lagi seorang rasul dan seorang Nabi pun sesudahku (Muhammad). Dan pada HR .Bukhari Muslim diterangkan bahwa “aku (Muhammad) adalah pendatang yang akhir yang sesudah nya tidak ada seorang Nabi.
b.     Busthomi Muhammad Said menjelaskan tentang pengertian Tajdid, mujaddid, dan tokoh-tokoh mujaddid dari abad ke abad mempunyai pemahaman yang berbeda dengan golongan Ahmadiyah.

4.     KESIMPULAN
Ahmadiyah merupakan suatu ajaran dan geakan  yang di tokohi  oleh Mirza Ghulam Ahmad.
Ajaran-ajaran Ahmadiyah yang dianggap menyimpang itu adalah terutama mengenai tiga hal yaitu: penyaliban Nabi Isa, AlMahdi yang di janjikan, dan tentang penghapusan kewajiban berjihad.
Ahmadiyah terabagi menjadi dua yaitu Ahmadiyah Qodian, dan Ahmadiyah Lahore. Ahmadiyah masuk ke Indonesia dibawa oleh Mirza Wali Ahmad Baig dan Wali Ahmad.

5.     PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan tentang teologi Ahmadiyah, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi pemakalah pada khususnya. Dan tentunya makalah ini tidak lepas dari kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun, kami harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.







































DAFTAR PUSTAKA

·       A.nasir,Sahilun.2012.Pemikiran kalam (theologi islam).Jakarta:Rajawali Pers
·       Saied Thaha,Fawzy.1981.Ahmadiyah dalam Persoalan.Yogyakarta:PT.Alma’arif
·       Hasan AlHadar,Abdullah.1982.Ahmadiyah telanjang bulat di panggung sejarah.Bandung:PT alma’arif
·       Muhamad iqbal,Sir.1991.Islam dan ahmadiyah.Jakarta.PT Bumi Aksara
















[1] Sahilun A.Nasir, pemikiran kalam (Theologi Islam), Jakarta: rajawali pers, 2012,hal326
[2] Sir Muhammad Iqbal,Islam dn Ahmadiyah,Jakarta;PT bumi aksara,1991
[3] Ibid.hal331
[4] Fawzy Sa’ied Thaha, Ahmadiyah dalam persoalan,Yogyakarta: Pt. Alma’arif,1981,hal 361
[5] Opcit.hal 331
[6] Abdullah Hasan Al-Hadar,Ahmadiyah telanjang bulat di panggung sejarah,Bandung;1982,hal128-129

0 komentar :

Posting Komentar