THEOLOGI AHMADIYAH
Makalah
Disusun Guna Memenuhi
Tugas mata kuliah : Tauhid
Dosen Pengampu : Bapak Drs.M.Mudhofi,M.Ag
Disusun Oleh :
1.
Imamah
zuhroh (121111046)
2.
Iman
najmudin (121111047)
3.
Masru’ah (121111058)
4.
Milatul
karimah (121111062)
FAKULTAS DAKWAH
DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
1.
PENDAHULUAN
Gerakan ahmadiyah merupakan ajaran Mirza Ghulam Ahmad. Dia
dilahirkan di Qadian, distrik Gusdaspur,
punjab wilayah India pada 1839 dan meninggal pada tahun 1889. Ghulam ahmad
mengaku dan mengumumkan bahwa dirinya menerima wahyu langsung dari tuhan,
menunjukkan sebagai Al-Mahdi Al-Mau’ud, atinya imam mahdi yang di janjikan,
agar masyarakat berbaiat (sumpah setia) kepada nya.
Adapun isi ba’iat nya adalah keyakinan atas ikrar untuk menjauhi berbuat syirik, melaksanakan sholat
lima waktu dalam sehari semalam, beriman kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW,
taat kepada ajaran Al-Qur’an, bersikap sopan santun. Sampai disini, ajaran nya
masih wajar, tidak ada yang menyimpang dengan ajaran islam yang dikenal
masyarakat.[1]
2.
RUMUSAN MASALAH
a.
Bagaimana
Ajaran-ajaran ahmadiyah?
b.
Bagaimana
Perkembangan Ahmadiyah?
c.
Tanggapan
dan ulasan tentang aliran ahmadiyah
3.
PEMBAHASAN
a.
Ajaran-ajaran
Ahmadiyah
Ajaran ba’iat itu tidak menerangkan kewajiban zakat dan menunaikan
haji, bahkan Ghulam Ahmad sendiri seumur hidup tidak pernah haji, dengan alasan
tidak berkemampuan, tidak istitho’ah. Di samping itu ada ikrar dalam ba’iat
bila seorang anggotanya meninggal, maka semua harta kekayaan nya di kelola oleh
Ghulam Ahmad. Bentuk persaudaraan ini merupakan ajaran tertinggi di kalangan
ahmadiyah. Ba’iat pertama kali dilakukan di Ludiana, dekat Qodian, diikuti oleh
20 orang, di antaranya bernama Maulwi Nurudin, seorang dokter yang kemudian
menjadi pengikut paling setia. Pengikut Mirza Ghulam Ahmad disebut Ahmadiyah
atau kadang-kadang disebut Mirzaiyah.
Pada 1891, Ghulam Ahmad membuat pengakuan yang mengejutkan dan
menghebohkan masyarakat. Selain telah mengaku sebagai Al-mahdi Al-Mau’ud,
kemudian mengaku sebagai Al-Masih Al-Mau’ud, artinya sebagai penjelmaan Nabi Isa al-Masih yang
dijanjikan. Dalam ajaran nya, dia beranggapan bahwa Nabi isa setelah dapat
menyelamatkan dari salib yang dilakukan oleh laskar Romawi. Mula-mula Nabi Isa bersembunyi
di taman Getsemani kemudian di tangkap laskar Romawi dan digiring engan memikul
kayu salib. Setelah Nabi Isa dapat menyelamatkan diri, lalu melarikan diri ke
arah timur, dan akhirnya sampai di daerah Lahore, hidup sampai berumur 120 tahun dan dimakamkan disana.
Ajaran Ahmadiyah mengakui kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad Saw,
juga diakui sebagai Khatam an-Nabiyyin, bahkan menurut ajaran ini
mengingkarinya berati kafir. Tetapi khatam an-Nabiyyin diartikan sebagai Nabi
yang mulia. Nabi tertinggi diantara Nabi seorang Nabi, sedangkan dalam keimanan
islam pada umumnya diartikan sebagai Nabi terakhir, tidak akan ada manusia yang
menerima wahyu sesudah Nabi Muhammad Saw.
Ghulam Ahmad juga mengakui bahwa wahyu yang dia terima itu tidak
setinggi martabat wahyu yang diterima Nabi Muhammad Saw. Oleh sebab itu,
Al-Qur’an Ahmadiyah adalah Al-Qur’an yang dipakai oleh sunni pada umumnya.
Demikian juga hadits yang dipakai Ahmadiyah adalah hadits yang dipandang shohih
menurut ilmu hadits pada umumnya.
Ajaran Ahmadiyah yang umumya diaggap menyimpang itu adalah terutama
mengenai tiga hal yaitu:
1.
Penyaliban
Nabi Isa As
2.
Al
Mahdi yang dijanjikan akan munculdi akhir zaman dan
3.
Tentang
pengapusan berjihad.[2]
b.
Perkembangan
Ahmadiyah
Setelah
Ghulam Ahmad meninggal pada tahun 1908, gerakan Ahmadiyah terpecah menjadi dua
golongan :
1. Ahmadiyah Qadian : menegaskan bahwa Ghulam
Ahmad itu Nabi sesudah Nabi Muhammad. Dia adalah Nabi pengiring bagi beliau,
bagaikan Nabi Harun, pengiring bagi Nabi Musa as. Mereka tinggal di daerah Gul,
berdampingan dengan orang-orang muslim lain nya yang tetap tidak mengakui
Ghulam Ahmad sebagai Nabi. Mereka yang tidak percaya terhadap kenabian Mirza
dipandang nya sebagai orang kafir. Golongan sunni menolak ajaran tersebut, dengan
mengeluarkan pernyataan resmi pengadilan
agama yang menetapkan bahwa pengikut Qodian bukanlah termasuk golongan muslim.
2. Ahmadiyah Lahore : tidak terlalu menyimpang
jauh seperti Qodiani tetapi tetap heterodox artinya menyimpang dari paham
sunni. Mereka beranggapan sebagai mujaddid atau
pembaru, mereka berdasarkan pada hadits berikut.
ان الله يبعث
لهد ه الامة على راء س كل مائة سنة من يجد لها د ينها-حديث صحيح
“Sesungguhnya Allah
Ta’ala bakal membangkitkan dikalangan umat ini pada setiap awal seratus tahun
orang yang memperbarui baginya akan agamanya”
Ajaran
Ahmadiyah ini mendapat tentangan dari ulama-ulama’ Sunni, diantaranya dari
Abdul Haqq al-Gaznawi, seorang mualwi dari Amritsar. Tantangan yang paling
keras muncul dari Muhammad Husein, seorang tokoh pimpinan ahlul hadits dari Batala
(kota di distrik Gusdapur) dan editor koran berbahasa urdu Isha’at at’i sunnah.
Dalam
pengakuan nya, Ahmadiyah percaya kepada Al-Qur’an dan hadits Nabi. Tetapi masih
menambah lagi kitab yang dalam kenyataan nya justru dipandang lebih utama,
yaitu kitab Tadzkirah, Haqiqah Al-Wahyi dan lain-lain. Dalam kitab tersebut
terdapat potongan ayat Al-Qur’an bercampur dengan yang lain. Contohnya :
1.
Kitab
Tadzkirah, hal.224, menerangkan:
“wahai Ahmad-Ku, engkau adalah tujuan-ku dan bersamaku engkau
terhormat pada pandangan-Ku. Aku memilih engkau untuk diri-Ku. Katakanlah ;
jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, dan dia mengasihi
kalian. Dan dia maha penyayang diantara penyayang.”
Ayat tersebut
merupakan bajakan dari Al-Qur’an surat Yusuf,ayat 64.
2.
Kitab
tadzkirah, hlm.219 menerangkan
“Dia memanggilku dan berkata: “katakanlah kepada hamba-hambaku
sesungguhnya aku diperintahkan dan aku adalah orang yang pertama dari orang
beriman. Tuhanku memanggilku dari langit, agar aku membuat pershu (jemaat
Ahmadiyah) atas pengetahuan dan wahyu kami.”
Ayat tersebut merupakan bajakan dari surat Hud,ayat 37 dan surat al
fath ayat 10 yang di sambung menjadi satu wahyu tersebut diatas menguatkan
Mirza untuk membentuk jama’ah Ahmadiyah.
Ahmadiyah Qodian masuk ke
Indonesia pada 1925, dibawa oleh Rahmat Ali, ahli dakwah Ahmadiyah. Ajaran nya
banyak mendapat pertentangan, walaupun banyak mendapatkan pertentangan gerakan
ini tumbuh terus. Untuk menyebarkan ajaran nya mereka mempunyai 6 muballigh
dari India dan Pakistan serta 10 muballigh dari Indonesia. Ajaran Ahmadiyah
juga di sebarkan melalui penerbitan buku-buku berbahasa Indoesia.[3]
Syafi’i mengatakan bahwa di Indonesia ada jema’at Ahmadiyah yang bernama
lengkap jema’at Ahmadiyah Indonesia,di dirikan tahun 1925 M.[4]
Ajaran Ahmadiyah Lahore dibawa ke Indonesia oleh Mirza Wali Ahmad
Baig dan Maulana Ahmad pada tahun 1924. Kedua muballigh ini pertama kali
tinggal di Yogyakarta. Maulana Ahmad kemudiankembali ke Lahore, tetapi Mirza
Wali Ahmad Baig tetap tinggal di jawa hingga 1936. Dialah yang di anggap
berjasa mengembangkan ajaran Ahmadiyah Lahore di Indonesia. Di Indonesia
terdapat dua golongan Ahmadiyah. Golongan Qodian disebut jema’at Ahmadiyah
Indonesia (JAI) berdiri tahun 1925, kini berpusat di Parung,Bogor, sedangkan
golongan Lahore berdiri tahun 1928 di sebut gerakan Gerakan Ahmadiyah Indonesia
(GAI), berpusat di Yogyakarta.[5]
Satu hal lagi yang menarik dari tingkah laku Nabi India itu ialah
koleksi-koleksi wahyu nya. Di antara kitab-kitab yang ia tulis ada semacam
kitab suci, dimana didalam nya terdapat kumpulan-kumpulan wahyu yang ia terima
dari Tuhan nya kemudian wahyu-wahyu itu ia gabungkan dengan potongan-potongan
ayat suci Al-Qur’anul karim.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang dibajak Mirza Ghulam Ahmad itu dimasukkan
dalam karangan nya secara terpotong-potong. Kemudian ia rangkaikan
potongan-potongan ayat suci itu dengan ucapan-ucapan nya sendiri dan hasil nya
mirip firman-firman Tuhan dalam Al-Qur’an, namun pada kenyataan nya merupakan
Qur’an mmade in Qodi’an.
Bila hendak memulai membaca kitab suci Qadian itu, bagi orang-orang
Ahmadiyah ditanam pada lubuk hati mereka keimanan bahwa kitab suci Mirza Ghulam
Ahmad sama dengan kitab suci Al-Qur’anul Karim. Tentu saja keimanan yang
demikian itu harus tertanam pula pada orang-orang yang bukan Ahmadyah apabila
mereka bermaksud memasuki aliran Mirza Ghulam Ahmad .”kita mengimani
sebagaimana kita mengimani kitab yang diturunkan pada Nabi Khaliqil Anam. Demikian kata mirza
mirzaGhulam selanjutnya mengatakan bahwa wahyu-wahyu yang ia terima
dari Tuhan nya itu terkadang ia terima secara langsung atau secara lewat
perantara,yakni lewat malaikat. Ia berkata : “Telah datang kepada ku
Malaikat jibril dalam kitab Mirza Ghulam
Ahmad tersebut.[6]
c.
Tanggapan dan
ulasan
Hanya
dua saja tanggapan menurut penulis
a.
Ayat 40 surat
Al-Ahzab, Ahmadiyah Qodian memaknai bahwa Nabi Muhammad itu adalah Nabi yang
paling sempurna, pemegang cincin kenabian para Nabi, bukan Nabi yang terakhit
atau Nabi penutup. Sebab sesudah nya masih ada Nabi lagi yaitu Mirza Ghulam
Ahmad itu sendiri. Pemahaman nya terhadap surat Al-Ahzab ayat 40 merupakan
pemahaman jalan lain. Tak satupun kitab Tafsir yang mu’tabar beredar menrangkan
hal seperti itu. Jelaslah itu merupakan ambisi pribadi sendiri. Diterangkan
pada beberapa hadits bahwa sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah putus
(habis) karena itu tidak ada lagi seorang rasul dan seorang Nabi pun sesudahku
(Muhammad). Dan pada HR .Bukhari Muslim diterangkan bahwa “aku (Muhammad)
adalah pendatang yang akhir yang sesudah nya tidak ada seorang Nabi.
b.
Busthomi
Muhammad Said menjelaskan tentang pengertian Tajdid, mujaddid, dan tokoh-tokoh
mujaddid dari abad ke abad mempunyai pemahaman yang berbeda dengan golongan
Ahmadiyah.
4.
KESIMPULAN
Ahmadiyah merupakan suatu ajaran dan geakan yang di tokohi oleh Mirza Ghulam Ahmad.
Ajaran-ajaran
Ahmadiyah yang dianggap menyimpang itu adalah terutama mengenai tiga hal yaitu:
penyaliban Nabi Isa, AlMahdi yang di janjikan, dan tentang penghapusan
kewajiban berjihad.
Ahmadiyah
terabagi menjadi dua yaitu Ahmadiyah Qodian, dan Ahmadiyah Lahore. Ahmadiyah
masuk ke Indonesia dibawa oleh Mirza Wali Ahmad Baig dan Wali Ahmad.
5.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan tentang teologi
Ahmadiyah, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi pemakalah
pada khususnya. Dan tentunya makalah ini tidak lepas dari kekurangan, untuk itu
kritik dan saran yang membangun, kami harapkan untuk perbaikan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
·
A.nasir,Sahilun.2012.Pemikiran
kalam (theologi islam).Jakarta:Rajawali Pers
·
Saied
Thaha,Fawzy.1981.Ahmadiyah dalam Persoalan.Yogyakarta:PT.Alma’arif
·
Hasan
AlHadar,Abdullah.1982.Ahmadiyah telanjang bulat di panggung sejarah.Bandung:PT
alma’arif
·
Muhamad
iqbal,Sir.1991.Islam dan ahmadiyah.Jakarta.PT Bumi Aksara
[1] Sahilun
A.Nasir, pemikiran kalam (Theologi Islam), Jakarta: rajawali pers, 2012,hal326
[2] Sir
Muhammad Iqbal,Islam dn Ahmadiyah,Jakarta;PT bumi aksara,1991
[3]
Ibid.hal331
[4] Fawzy
Sa’ied Thaha, Ahmadiyah dalam persoalan,Yogyakarta: Pt. Alma’arif,1981,hal 361
[5]
Opcit.hal 331
[6] Abdullah
Hasan Al-Hadar,Ahmadiyah telanjang bulat di panggung
sejarah,Bandung;1982,hal128-129
0 komentar :
Posting Komentar