LAPORAN KONSELING INDIVIDU
Disusun Guna Memenuhi
Tugas mata kuliah : Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Disusun Oleh :
Imamah Zuhroh (121111046)
BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
BAB I
Latar Belakang
masalah
Berbagai macam konflik interpersonal
muncul dalam diri seseorang apabila ia dihadapkan dengan berbagai pilihan, yang
membuat seseorang bingung harus menetukan pilihannya. Tak terkecuali bagi
seorang yang baru tumbuh dewasa dengan emosi yang masih labil. Kadang timbul
dalam benaknya apakah ia harus memenuhi keinginannya ataukah harus mengikuti
kehendak dan keinginan orang tuanya.
Dalam keadaan bimbang dan penuh keraguan
hendaknya seseorang harus mempunyai planning yang matang untuk keberlangsungan
hidupnya yang akan datang. Peran orang tua sangatlah penting dalam menangani
masalah seperti ini. Orang tua hendaknya tidak memaksakan anak untuk mengikuti
segala kehendaknya.
Orang tua yang baik akan mengetahui,
mengarahkan, dan mendukung bakat dan potensi yang dimiliki seorang anak. Akan
tetapi pada realitas nya tidak selalu demikian. Orang tua yang masih mempunyai
cara berpikir yang kurang maju dalam bidang umum menginginkan anaknya untuk
nyantri saja. Apalah artinya sekolah tinggi kalau tidak bisa menjadi imam yang
baik bagi keluarga terutama bagi seorang anak laki-laki.
Keinginan orang tua yang tidak sejalan
dengan kemauan anak ini biasanya akan menjadi suatu pertentangan dalam diri anak, atau bahkan menjadi suatu
perlawanan tersendiri bagi anak yang mempunyai sikap yang kurang baik dalam
menerima nasihat orang tua. Jika orang tua tidak melakukan pengawasan dengan
baik dengan anak, tidak menutup kemungkinan anak akan mencari cara lain untuk
meluapkan emosi atau tempat curahan hati nya.
Bukan hanya orang tua yang berperan dalam
pemecahan masalah individu, tetapi juga konselor. Konselor dengan menerapkan
sistem dan metode konseling yang baik dan sesuai dapat membantu seseorang dalam
pemcahan masalah. Konseling merupakan suatu proses interaksi yang mambantu
individu untuk memahami diri dan lingkungannya, dan menghasilkan pembentukan
dan atau penjelasan tujuan-tujuan dan nilai-nilai tentang perilakunya di masa
mendatang (counseling is an interaction process that facilitates meaningful
understanding of self and environment, and result in the establishment and or
clarification of goals and values for future behavior, Shertzer & Stone,
1981). Istilah Konseling telah berkembang di Indonesia sudah dimulai sejak
tahun 1953 yang dicetuskan oleh Tatang Mahmud.
BAB II
Diagnosis
Dari percakapan yang berlangsung antara
konselor dan klien, konselor dapat mendiagnosa penyebab kegalauan yang terjadi
terhadap klien, yaitu:
a. Klien menginginkan untuk melanjutkan
pembelajarannya di bangku perkuliahan, akan tetapi klien belum yakin akan
kemampuannya sendiri.
b. Klien ingin menuruti keinginan orang
tuanya, akan tetapi keinginan orang tuanya tersebut bertentangan dengan
keinginannya sendiri.
c. Klien ingin kuliah di perguruan tinggi
yang satu kota dengan gadis yang dicintainya, akan tetapi jika ia kuliah
diperguruan tinggi di kota gadis yang dicintainya ia tidak bisa mengembangkan
usahanya.
BAB III
Hasil
percakapan
Percakapan yang berlangsung antara saya
dengan klien yang berinisial IK
Percakapan terjadi ketika klien masih
menimba ilmu disebuah pondok pesantren
IK: mah, saya bingung nie...
Saya : lhow, bingung kenapa, cerita donk
siapa tau aku bisa bantu cari solusi nya
IK : heumm, gimana ya mau ngomonginnya,..
Saya : coba kamu ceritain aja gak papa.
IK : sebenernya saya tu gak pengen
mondok, dari kecil hidup saya dipondok terus
Saya : lha kan kamu sekarang kan masih
dipondok, kok bilang kayak gitu?
IK : iya,
saya dipondok karena bapak saya yang nyuruh nyantri. Saya tu pengen dirumah tapi
belum boleh, . . ini semua bikin pikiran saya ngedrop banget dan bikin hidup
saya gak semangat mah gak tau saya harus gimana.
Saya :
emang siapa yang gak ngebolehin IK dirumah?
IK : bapak
mah
Saya :
mungkin bapak punya alasan kenapa belum bolehin IK dirumah, mungkin bapak
beranggapan bahwa IK harus menyelesaikan mondok dulu.
IK : tapi
saya kan gak pengen mondok lagi mah,
Saya :
kalau menurut saya ya, sebaiknya IK ngomong ama bapak baik-baik kalau memeang
IK gak mau mondok lagi, tapi dengan bahasa yang santun dan baik tanpa
menyinggung perasaan bapak.
IK : iya
sih
Saya :
mungkin IK bisa ngutarain alasan kenapa IK gak mau dipondok lagi.
IK : saya
tu pengen cari pengalaman dulu ke luar, kalau saya dipondok terus saya gak bisa
dapet pengalaman.
Saya : siapa
bilang kalau dipondok itu gak dapet pengalaman juga, IK kan juga bisa nambah
pengalaman dari pak ustad dan temen-temen dipondok, bukannya IK udah ngajar
anak-anak juga ya..
IK : iya,
tapi imah kok tau?
Saya :
iya, ada temen yang ngasih tau ama imah
IK :
heummmm,
Saya : lha
dari situ kan IK bisa ambil pelajaran dan pengalaman, dari situ juga kan IK
bisa belajar tentang dunia luar. Bapak belum bolehin IK dirumah kan pasti ada
suatu alasan yang sangat kuat, orang tua mana yang gak mau anaknya hidup
bahagia. Semua orang tua pengen kalau anaknya itu sukses. Lagi pula gak ada
salahnya nurutin kemauan orang tua selagi kita masih bisa dan mampu. Mumpung
kedua orang tua kita masih hidup mari kita bahagiain mereka ya salah satunya
dengan nurutin kemauan mereka walaupun itu hal yang gak kita sukai. Saya juga
pernah merasakan seperti apa yang IK rasakan kok
IK : iya
mah, saya akan coba itu
Saya :
sekarang IK harus fokus dengan apa yang sedang IK lakukan sekarang, jangan
mudah menyerah. Pasti ada hikmah dibalik semua ini.
IK : heem
Saya :
jangan putus semangat ya kawan...!
IK :
maksih mah atas saran nya.
Saya : ya,
sama-sama
Setelah selang beberapa bulan klien
memutuskan untuk tetap berada di pondok pesantren, tiba saatnya untuk boyong
(istilah untuk seorang santri yang hendak meninggalakan pondok pesantren dan
tidak nyantri lagi dipondok tersebut). Klien yang berinisial IK tersebut
menjadi salah satu pengurus di pondok pesantrennya. Setelah klien boyong dari
pondok pesantren klien berada dirumah untuk membantu pekerjaan ayahnya sebagai
peternak ayam broiler.
Pada saatnya kelulusan dari sekolah
menengah atas klien mengalami kegalauan kembali dan menceritakannya kepada
saya. Pada waktu itu klien adalah adik kelas saya walaupun umurnya sebenarnya
lebih tua 1 tahun dari saya, saya yang waktu itu sudah semester satu. Inilah percakapan yang terjadi diantara kita
berdua
Saya :wah udah lulus nie yah, selamat yah
IK : iya, makasih tapi lulusan gini malah galau lagi
Saya : kok galau lagi, mengapa?
IK : pengen kuliah, tapi gimana yah?
Saya : ada masalah lagi?
IK : iya,
Saya : masalah nya kenapa ka?
IK : bingung... mau kuliah dimana,
Saya : udah coba cari infonya belum
IK : udah sih, tapi saya tertarik untuk masuk ke
universitas diponegoro semarang
Saya : emmm, terus..., kamu udah daftar?
IK : belum
Saya : lha kenapa?
IK : belum mantep hati saya.
Saya : kok gitu?
IK : iya, saya gak bisa ninggalin bapak ngurusin
kandang ayam sendirian.
Saya : kenapa lamu gak kuliah di deket kota kamu
aja, misal di ITB, atau IPB gitu?
IK : ya itu yang jadi masalahnya,
Saya : masalah?
IK : iya, saya tu punya cewek, kuliah nya disemarang,
saya pengen kuliah itu gak jauh sama dia.. tapi, kalau saya kuliah di Semarang
ntar gimana ama kerjaan saya??
Tapi di UNDIP ada fakultas peternakan kan mah?
Saya : iya, ada
IK : maka dari itu, saya tertarik pengen masuk
kesitu.
Saya : bukankah sebaiknya kamu mengejar cita-cita mu
dulu sebelum mengejar cintamu?
IK : hehe, aku jadi malu nie mah
Saya : biasa aja. Itulah kadang hambatan
yang sering terjadi pada kalangan remaja sekarang ini. Apa lagi kalau hubungan
jarak jauh seperti kamu saat sekarang ini. Aku paham perasaanmu, tapi kamu juga
harus mempertimbangkan segala sesuatu nya dengan baik. Kalau kamu menyusul
kuliah pacar kamu yang ada di jawa tengah sana, sedangkan pikiran kamu kadang
msih suka main ke Jawa Barat memeikirkan pekerjaan mu disana, ntar kuliah kamu
malah gak karuan low.
IK : kamu betul banget mah, tapi gimana
cara nya agar saya itu tenang menjalin hubungan jarak jauh sama dia?
Saya : kamu sayang kan sama dia?
IK : pasti, sayang banget malahan
Saya : dia juga pasti syang dong sama
kamu?
IK : iya mah.
Saya : kalau dia bener-bener sayang sama
kamu, dia pasti akan menjaga hatinya buat kamu. Dia pasti akan senantiasa setia
sama kamu. Begitu pula dengan kamu, kalau kamu bener sayang ama dia kamu jangan
sekali-kali buat dia kecewa dan curiga sama kamu, kamu harus bisa membangun
rasa saling percaya antara kamu ama cewk kamu. Selalu kasih kabar tiap ari ama
dia.
IK : oke, sekarang aku tau aku harus
berbuat apa. Mungkin sebaiknya aku harus mengorbankan cintaku untuk sesaat demi
kebahagiaan dimasa depan. Hehe, aku akan kuliah di daerah ku sini aja. Toh aku
masih kuliah dan kerja part time job, dan bisa maen ke Semarang untuk jenguk
dia kalau aku kangen ama dia.
Saya : oke lah kalau begithu,
IK : maksih mah kamu udah motivasi saya
.....
Saya : iya, sama-sama. Anggep aja aku ini
adik mu atau saudara mu. Oke J
IK : sipp.
BAB IV
Penanganan
masalah
Berdasarkan dialog dan diagnosis diatas,
konselor berusaha melakukan beberapa treatment kepada klien, yaitu :
1. Memberikan motivasi-motivasi yang membangun
kepada klien
2. Mendiskusikan masalah pribadi tentang
diri klien
3. Sering mengadakan sharing tentang agama
4. Memberikan dorongan kepada klien agar
klien bisa mengendalikan emosi dan keinginannya yang mungkin bertentangan
dengan kehendak orangtuanya terutama kehendak ayah nya.
BAB V
Penilaian hasil
layanan
Dalam
proses pencapaian tujuan dengan konseling yang telah dilakukan antara konselor
dan klien, maka ada beberapa penilaian dari hasil layanan yang telah dilakukan.
Yaitu :
1. Dengan diadakannya proses konseling,
klien lebih mengetahui posisi dirinya sebagai anak dan sebagai calon generasi
dimasa yang akan datang.
2. Klien lebih bersemangat dalam menjalankan
kehidupannya setelah mengadakan proses konseling atau cuurhat kepada konselor.
3. Klien lebih membuka mata dan lebih
mengantisipasi tentang hambatan dan tantangan serta rintangan yang akan datang
dengan merencanakannya secara matang dan mapan.
4. Klien berusaha memperbaiki tingkah laku
kepada semua orang, terutama kepada kedua orang tuanya.
BAB VI
Hasil dan kesimpulan
Dari hasil percakapan dan pendekatan yang
dilakukan oleh konselor dengan klien, konselor dapat menyimpulkan bahwa klien
mengalami permaslahan dalam diri nya dikarenakan faktor orang tua yang
menginginkannya nyantri dipondok pesantren akan tetapi hati dan pikiran klien
tidak dapat menerimanya.
Masalah lain yang dihadapi oleh klien
adalah masalah pada saat akan penerimaan mahasiswa baru klien ingin kuliah
sambil bekerja, dan klien ingin kuliah di daerah asal daerah wanita yang
dicintainya. Akan tetapi akhirnya klien sadar ketiga hal tersebut tidak akan
klien dapatkan dalam situasi dan keadaan yang sama pada saat itu.
Konselor berhasil memberikan motivasi
kepada klien untuk memecahkan masalahnya, klien telah memutuskan niatnya untuk
menunda kuliah demi membantu pekerjaan ayahnya. Dan klien berusaha menetapkan
hatinya pada wanitayang dicintainya walaupun harus menempuh hubungan jarak
jauh.
BAB VII
Penutup
Demikian laporan yang dapat saya buat tentang konseling individu. Semoga
laporan konseling ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pembaca. Kritik
dan saran yang membangun sangat dibutuhkan demi perbaikan laporan yang
selanjutnya.
0 komentar :
Posting Komentar