Kamis, 12 September 2013


LAPORAN KONSELING INDIVIDU
Disusun Guna Memenuhi
Tugas mata kuliah : Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan Islam







Disusun Oleh :
Imamah Zuhroh          (121111046)



                                                                                         
BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013




BAB I
Latar Belakang masalah
Berbagai macam konflik interpersonal muncul dalam diri seseorang apabila ia dihadapkan dengan berbagai pilihan, yang membuat seseorang bingung harus menetukan pilihannya. Tak terkecuali bagi seorang yang baru tumbuh dewasa dengan emosi yang masih labil. Kadang timbul dalam benaknya apakah ia harus memenuhi keinginannya ataukah harus mengikuti kehendak dan keinginan orang tuanya.
Dalam keadaan bimbang dan penuh keraguan hendaknya seseorang harus mempunyai planning yang matang untuk keberlangsungan hidupnya yang akan datang. Peran orang tua sangatlah penting dalam menangani masalah seperti ini. Orang tua hendaknya tidak memaksakan anak untuk mengikuti segala kehendaknya.
Orang tua yang baik akan mengetahui, mengarahkan, dan mendukung bakat dan potensi yang dimiliki seorang anak. Akan tetapi pada realitas nya tidak selalu demikian. Orang tua yang masih mempunyai cara berpikir yang kurang maju dalam bidang umum menginginkan anaknya untuk nyantri saja. Apalah artinya sekolah tinggi kalau tidak bisa menjadi imam yang baik bagi keluarga terutama bagi seorang anak laki-laki.
Keinginan orang tua yang tidak sejalan dengan kemauan anak ini biasanya akan menjadi suatu pertentangan  dalam diri anak, atau bahkan menjadi suatu perlawanan tersendiri bagi anak yang mempunyai sikap yang kurang baik dalam menerima nasihat orang tua. Jika orang tua tidak melakukan pengawasan dengan baik dengan anak, tidak menutup kemungkinan anak akan mencari cara lain untuk meluapkan emosi atau tempat curahan hati nya.
Bukan hanya orang tua yang berperan dalam pemecahan masalah individu, tetapi juga konselor. Konselor dengan menerapkan sistem dan metode konseling yang baik dan sesuai dapat membantu seseorang dalam pemcahan masalah. Konseling merupakan suatu proses interaksi yang mambantu individu untuk memahami diri dan lingkungannya, dan menghasilkan pembentukan dan atau penjelasan tujuan-tujuan dan nilai-nilai tentang perilakunya di masa mendatang (counseling is an interaction process that facilitates meaningful understanding of self and environment, and result in the establishment and or clarification of goals and values for future behavior, Shertzer & Stone, 1981). Istilah Konseling telah berkembang di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1953 yang dicetuskan oleh Tatang Mahmud.










BAB II
Diagnosis
Dari percakapan yang berlangsung antara konselor dan klien, konselor dapat mendiagnosa penyebab kegalauan yang terjadi terhadap klien, yaitu:
a.      Klien menginginkan untuk melanjutkan pembelajarannya di bangku perkuliahan, akan tetapi klien belum yakin akan kemampuannya sendiri.
b.     Klien ingin menuruti keinginan orang tuanya, akan tetapi keinginan orang tuanya tersebut bertentangan dengan keinginannya sendiri.
c.      Klien ingin kuliah di perguruan tinggi yang satu kota dengan gadis yang dicintainya, akan tetapi jika ia kuliah diperguruan tinggi di kota gadis yang dicintainya ia tidak bisa mengembangkan usahanya.




BAB III
Hasil percakapan
Percakapan yang berlangsung antara saya dengan klien yang berinisial IK
Percakapan terjadi ketika klien masih menimba ilmu disebuah pondok pesantren
IK: mah, saya bingung nie...
Saya : lhow, bingung kenapa, cerita donk siapa tau aku bisa bantu cari solusi nya
IK : heumm, gimana ya mau ngomonginnya,..
Saya : coba kamu ceritain aja gak papa.
IK : sebenernya saya tu gak pengen mondok, dari kecil hidup saya dipondok terus
Saya : lha kan kamu sekarang kan masih dipondok, kok bilang kayak gitu?
IK : iya, saya dipondok karena bapak saya yang nyuruh nyantri. Saya tu pengen dirumah tapi belum boleh, . . ini semua bikin pikiran saya ngedrop banget dan bikin hidup saya gak semangat mah gak tau saya harus gimana.
Saya : emang siapa yang gak ngebolehin IK dirumah?
IK : bapak mah
Saya : mungkin bapak punya alasan kenapa belum bolehin IK dirumah, mungkin bapak beranggapan bahwa IK harus menyelesaikan mondok dulu.
IK : tapi saya kan gak pengen mondok lagi mah,
Saya : kalau menurut saya ya, sebaiknya IK ngomong ama bapak baik-baik kalau memeang IK gak mau mondok lagi, tapi dengan bahasa yang santun dan baik tanpa menyinggung perasaan bapak.
IK : iya sih
Saya : mungkin IK bisa ngutarain alasan kenapa IK gak mau dipondok lagi.
IK : saya tu pengen cari pengalaman dulu ke luar, kalau saya dipondok terus saya gak bisa dapet pengalaman.
Saya : siapa bilang kalau dipondok itu gak dapet pengalaman juga, IK kan juga bisa nambah pengalaman dari pak ustad dan temen-temen dipondok, bukannya IK udah ngajar anak-anak juga ya..
IK : iya, tapi imah kok tau?
Saya : iya, ada temen yang ngasih tau ama imah
IK : heummmm,
Saya : lha dari situ kan IK bisa ambil pelajaran dan pengalaman, dari situ juga kan IK bisa belajar tentang dunia luar. Bapak belum bolehin IK dirumah kan pasti ada suatu alasan yang sangat kuat, orang tua mana yang gak mau anaknya hidup bahagia. Semua orang tua pengen kalau anaknya itu sukses. Lagi pula gak ada salahnya nurutin kemauan orang tua selagi kita masih bisa dan mampu. Mumpung kedua orang tua kita masih hidup mari kita bahagiain mereka ya salah satunya dengan nurutin kemauan mereka walaupun itu hal yang gak kita sukai. Saya juga pernah merasakan seperti apa yang IK rasakan kok
IK : iya mah, saya akan coba itu
Saya : sekarang IK harus fokus dengan apa yang sedang IK lakukan sekarang, jangan mudah menyerah. Pasti ada hikmah dibalik semua ini.
IK : heem
Saya : jangan putus semangat ya kawan...!
IK : maksih mah atas saran nya.
Saya : ya, sama-sama

Setelah selang beberapa bulan klien memutuskan untuk tetap berada di pondok pesantren, tiba saatnya untuk boyong (istilah untuk seorang santri yang hendak meninggalakan pondok pesantren dan tidak nyantri lagi dipondok tersebut). Klien yang berinisial IK tersebut menjadi salah satu pengurus di pondok pesantrennya. Setelah klien boyong dari pondok pesantren klien berada dirumah untuk membantu pekerjaan ayahnya sebagai peternak ayam broiler.
Pada saatnya kelulusan dari sekolah menengah atas klien mengalami kegalauan kembali dan menceritakannya kepada saya. Pada waktu itu klien adalah adik kelas saya walaupun umurnya sebenarnya lebih tua 1 tahun dari saya, saya yang waktu itu sudah semester satu.  Inilah percakapan yang terjadi diantara kita berdua
Saya :wah udah lulus nie yah, selamat yah
IK : iya, makasih tapi lulusan gini malah galau lagi
Saya : kok galau lagi, mengapa?
IK : pengen kuliah, tapi gimana yah?
Saya : ada masalah lagi?
IK : iya,
Saya : masalah nya kenapa ka?
IK : bingung... mau kuliah dimana,
Saya : udah coba cari infonya belum
IK : udah sih, tapi saya tertarik untuk masuk ke universitas diponegoro semarang
Saya : emmm, terus..., kamu udah daftar?
IK : belum
Saya : lha kenapa?
IK : belum mantep hati saya.
Saya : kok gitu?
IK : iya, saya gak bisa ninggalin bapak ngurusin kandang ayam sendirian.
Saya : kenapa lamu gak kuliah di deket kota kamu aja, misal di ITB, atau IPB gitu?
IK : ya itu yang jadi masalahnya,
Saya : masalah?
IK : iya, saya tu punya cewek, kuliah nya disemarang, saya pengen kuliah itu gak jauh sama dia.. tapi, kalau saya kuliah di Semarang ntar gimana ama kerjaan saya??
Tapi di UNDIP ada fakultas peternakan kan mah?
Saya : iya, ada
IK : maka dari itu, saya tertarik pengen masuk kesitu.
Saya : bukankah sebaiknya kamu mengejar cita-cita mu dulu sebelum mengejar cintamu?
IK : hehe, aku jadi malu nie mah
Saya : biasa aja. Itulah kadang hambatan yang sering terjadi pada kalangan remaja sekarang ini. Apa lagi kalau hubungan jarak jauh seperti kamu saat sekarang ini. Aku paham perasaanmu, tapi kamu juga harus mempertimbangkan segala sesuatu nya dengan baik. Kalau kamu menyusul kuliah pacar kamu yang ada di jawa tengah sana, sedangkan pikiran kamu kadang msih suka main ke Jawa Barat memeikirkan pekerjaan mu disana, ntar kuliah kamu malah gak karuan low.
IK : kamu betul banget mah, tapi gimana cara nya agar saya itu tenang menjalin hubungan jarak jauh sama dia?
Saya : kamu sayang kan sama dia?
IK : pasti, sayang banget malahan
Saya : dia juga pasti syang dong sama kamu?
IK : iya mah.
Saya : kalau dia bener-bener sayang sama kamu, dia pasti akan menjaga hatinya buat kamu. Dia pasti akan senantiasa setia sama kamu. Begitu pula dengan kamu, kalau kamu bener sayang ama dia kamu jangan sekali-kali buat dia kecewa dan curiga sama kamu, kamu harus bisa membangun rasa saling percaya antara kamu ama cewk kamu. Selalu kasih kabar tiap ari ama dia.
IK : oke, sekarang aku tau aku harus berbuat apa. Mungkin sebaiknya aku harus mengorbankan cintaku untuk sesaat demi kebahagiaan dimasa depan. Hehe, aku akan kuliah di daerah ku sini aja. Toh aku masih kuliah dan kerja part time job, dan bisa maen ke Semarang untuk jenguk dia kalau aku kangen ama dia.
Saya : oke lah kalau begithu,
IK : maksih mah kamu udah motivasi saya .....
Saya : iya, sama-sama. Anggep aja aku ini adik mu atau saudara mu. Oke J
IK : sipp.





BAB IV
Penanganan masalah
Berdasarkan dialog dan diagnosis diatas, konselor berusaha melakukan beberapa treatment kepada klien, yaitu :
1.     Memberikan motivasi-motivasi yang membangun kepada klien
2.     Mendiskusikan masalah pribadi tentang diri klien
3.     Sering mengadakan sharing tentang agama
4.     Memberikan dorongan kepada klien agar klien bisa mengendalikan emosi dan keinginannya yang mungkin bertentangan dengan kehendak orangtuanya terutama kehendak ayah nya.



BAB V
Penilaian hasil layanan
Dalam proses pencapaian tujuan dengan konseling yang telah dilakukan antara konselor dan klien, maka ada beberapa penilaian dari hasil layanan yang telah dilakukan. Yaitu :
1.     Dengan diadakannya proses konseling, klien lebih mengetahui posisi dirinya sebagai anak dan sebagai calon generasi dimasa yang akan datang.
2.     Klien lebih bersemangat dalam menjalankan kehidupannya setelah mengadakan proses konseling atau cuurhat kepada konselor.
3.     Klien lebih membuka mata dan lebih mengantisipasi tentang hambatan dan tantangan serta rintangan yang akan datang dengan merencanakannya secara matang dan mapan.
4.     Klien berusaha memperbaiki tingkah laku kepada semua orang, terutama kepada kedua orang tuanya.




BAB VI
Hasil dan kesimpulan
Dari hasil percakapan dan pendekatan yang dilakukan oleh konselor dengan klien, konselor dapat menyimpulkan bahwa klien mengalami permaslahan dalam diri nya dikarenakan faktor orang tua yang menginginkannya nyantri dipondok pesantren akan tetapi hati dan pikiran klien tidak dapat menerimanya.
Masalah lain yang dihadapi oleh klien adalah masalah pada saat akan penerimaan mahasiswa baru klien ingin kuliah sambil bekerja, dan klien ingin kuliah di daerah asal daerah wanita yang dicintainya. Akan tetapi akhirnya klien sadar ketiga hal tersebut tidak akan klien dapatkan dalam situasi dan keadaan yang sama pada saat itu.
Konselor berhasil memberikan motivasi kepada klien untuk memecahkan masalahnya, klien telah memutuskan niatnya untuk menunda kuliah demi membantu pekerjaan ayahnya. Dan klien berusaha menetapkan hatinya pada wanitayang dicintainya walaupun harus menempuh hubungan jarak jauh.
BAB VII
Penutup
Demikian laporan yang dapat saya buat tentang konseling individu. Semoga laporan konseling ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan demi perbaikan laporan yang selanjutnya.





















0 komentar :

Posting Komentar