Selasa, 10 Juni 2014

JENIS-JENIS KARANGAN I. PENDAHULUAN Dalam proses berfikir dan menuangkan ide pada hakikatnya merupakan kegiatan menulis yang di tuangkan dalam bentuk wacana atau karangan. Menulis sendiri merupakan suatu proses yang mungkin dapat dikatakan proses yang tidak ada hentinya, sehingga tidak jarang para penulis merasa tidak puas dan ingin segera memperbaiki serta menyempurnakan tulisan nya setelah tulisannya tersebut selesai di tulis atau dicetak. Ketidak puasan itu merupakan sebuah tanda adanya proses, yaitu proses kematangan berfikir. Suatu penyampaian fikiran secara resmi dan teratur melalui ucapan atau tulisan atau dapat dikatakan suatu usaha penyajian pembicaraan yang luas tentang suatu pokok persoalan secara lisan atau tulisan dapat disebut dengan karangan. Karangan biasanya selalu berbentuk uraian maupun paparan yang dengan sendirinya merupakan suatu hasil rancangan pembicaraan atau penulisan dengan maksud dan tujuan tertentu. Setiap orang memiliki cirri khas masing-masing dalam karangan, baik dari gaya penulisan, cara pemaparan, tema yang ditekankan, maupun sudut pandangan yang di gunakan dalam setiap pembahasannya, adapun terjadi kesamaan secara mutlak mungkin dapat dikatakan terjadi tindakan plagiasi dalam karangan tersebut. Pada hakikatnya tidak ada dua karangan atau lebih yang benar-benar sama persis apabila karangan tersebut ditulis secara jujur, dikarenakan setiap orang mempunyai jalan pikiran dan perasaan yang saling berbeda. Perbedaan karangan juga dapat disebabkan oleh perbedaan dasar atau aturan yang di pakai penulis sebagai landasan dalam menulis atau mengarang dan cara pembicara/penulis menyampaikan persoalan-persoalan di dalamnya. Dari definisi diatas tidak hanya membatasi karangan dalam bentuk tulisan semata, akan tetapi juga dalam bentuk lisan. Meskipun demikian dalam pembahasan ini hanya mengurakan bagaimana struktur karangan dan apa saja jenis-jenis karangan beserta contohnya. II. RUMUSAN MASALAH a. Apa pengertian karangan? b. Bagaimana struktur karangan? c. Apa saja penggolongan karangan? d. Bagaimana contoh jenis-jenis karangan? III. PEMBAHASAN A. Pengertian karangan Karangan adalah suatu penyampaian pikiran secara resmi dan teratur melalui ucapan atau tulisan atau suatu usaha penyajian pembicaraan yang luas tentang suatu pokok persoalan secara lisan atau tulisan. Definisi diatas tidak hanya membatasi karangan dalam bentuk lisan seperti ucapan, pidato dan khutbah. Menurut Pratiwi, karangan adalah penjabaran suatu gagassan secara resmi dan teratur tentang sesuatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan yang idealpada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea. B. Struktur karangan Karangan dikatakan sebagai bentuk singkat makalah penelitian. Dalam karangan ilmiah biasanya disajikan dalam jurnal-jurnal penelitian, struktur karangan dapat mengikuti pola yang dikemukakan Soesono berikut ini : 1. Judul yang disertai nama penulis dan tempat tugas pekerjaan nya 2. Abstrak yang menunjukkan intisari tulisan hasil penelitian yang hendak disajikan. 3. Pendahuluan berisi informasi, latar belakang, dan identifikasi masalah guna mengantar para pembaca ke arah masalah dan pemecahannya. 4. Tubuh utama yang berisis: • Bahan dan metode penelitian yang dipakai • Uraian pelaksanaan dan tafsian maupun rekaannya 5. Penutup berisi: • Hasil penelitian dan bahasan • Ucapan terimakasih kepada mereka yang telah membantu terlaksana nya penelitian 6. Referensi berupa daftar pustaka yang telah digunakan dalam penelitian. Pola diatas tidak sepenuhnya mutlak. Khusus dalam jurnal ilmiah masing-masing biasanya memberlakukan struktur penulisannya msing-masing. Informasi itu biasanya selalu disertakan dalam salah satu lembar jurnal. C. Jenis-jenis karangan Karangan dapat dibedakan menjadi beberapa penggolongan. Antara lain karangan prosa dan karangan puisi. Dapat dibedakan atas karangan ilmiah dan karangan non ilmiah, dapat pula dibedakan atas karangan fiksi dan karangan non fiksi dan masih dapat dibedakan menjadi beberapa macam lagi sesuai dengan kebutuhan pengarangnya. Adanya berbagai macam penggolongan itu oleh karena perbedaan dasar klasifikasi masing-masing. Kita dapat membedakan karangan menurut klasifikasi tertentu sesuai dengan kebutuhan pembahasan kita. Tetapi harus dicatat untuk setiap penggolongan kita harus tetap konsekuen dan konsisten dengan dasar penggolongan yang dipilih. Berdasarkan pokok bahasannya, penggolongan karangan dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu: 1. Karangan narasi Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungnya kejadian tersebut. Rangkaian peristiwa atau kejadian ini biasanya disusun menurut waktu (secara kronologis), isi karangan narasi boleh tentang fakta yang benar-benar terjadi boleh pula tentang sesuatau yang khayal. Autobiografi atau biografi seorang tokoh yang terkenal sering dapat digolongkan dalam jenis karangan narasi. Karangan narasi penulisannya bersifat bercerita, baik berdasarkan pengamatan maupun perekaan, dan tujuannnya lebih banyak menghimpun, tergolong kategori pengisahan. . Pola narasi secara sederhana: awal – tengah – akhir Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri. Dalam karangan narasi acap kali terlihat ada dialog tokoh-tokoh ceritanya, disamping uraian biasa. Dengan dialog cerita memang terasa lebih hidup dan menarik sehingga lebig dapat mengasyikkan bagi para pembaca. Lukisan watak pribadi, kecerdasan, sikap atau tingkat pendidikan tokoh dalam cerita yang disuguhkan acapkali dapat lebih tepat mengena apabila ditampilkan lewat dialog-dialog. 2. Karangan deskripsi Karangan deskripsi selalu berusaha melukisakan dan mengemukakan sifat, tingkah laku seseorang, suasana dan keadaan suatu tempat atau suatu yang lain. Misalnya suasana kampung yang begitu damai, tenteram dan saling menolong dapat dilukisakn dalam karangan deskripsi. Juga suasana hiruk pikuk ketika terjadi kebakaran. Lukisan dalam karangan deskripsi harus diusahakan sedemikian rupa agar pembaca seolah-olah melihat sendiri apa yang kita lukiskan tersebut. Sudah tentu membuat karangan deskripsi ini membutuhkan keterlibatan emosi (perasaan) pengarang. Dalam karangan deskripsi, agar menjadi hidup perlu dilukiskan bagian-bagian yang dianggap penting sedetil mungkin. Selain detail-detail, urutan waktu dan ruang dalam karangan juga harus diperhatikan pula secara baik. Karena jika urutan waktu dan urutan ruang tidak dilukiskan secara nyata, dapat membawa akibat kesatuan lukisan tidak terjamin dan akan membingungkan pembaca. Lebih singkatnya karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan bentuk objek pengamatan, rupanya, fisiknya, rasanya atau coraknya termasuk golongan pemerian. 3. Karangan eksposisi Karangan eksposisi adalah karangan yag berusaha menerangkan suatu hal atau suatu gagasan. Karangan eksposisi merupakan penulisan yang bertujuan untuk memberikan informasi, penjelasan, keterangan, atau pemahaman. Dalam memaparkan sesuatu kita dapat menjelaskan dan memberi keterangan belaka, atau dapat pula mengembangkan suatu gagasan sehingga menjadi luas dan gampang dimengerti. Banyak pekerjaan mengarang yang msuk dalam jenis karangan eksposisi, misalnya:  Menguraikan taktik gerilya bangsa Indonessia dalam merebut kemerdekaan, sebab timbulnya kemarahan bangsa Indonesia kepada penjajah dan jalannya perang.  Menjelaskan tujuan atau ide didirikannya sebuah perguruan tinggi.  Meguraikan kesulitan yang bakal dihadapi jika KB gagal.  Memberikan penjelasan tentang apa yang disebut republik demokrasi, pancasila, keadilan, kemakmuran, hak asasi, dan seterusnya.  Membuat laporan tentang rapat, darmawisata atau kegiatan lainnya.  Menguaraikan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia. Salah satu bentuk karangan eksposisi adalah uraian tentang proses. Jika kita memaparkan tentang sebuah proses, misalnya proses terjadinya surat kabar atau bagaimana car kerja otak kita, maka baik sekali kita bagi proses itu kedalam bebrapa langkah. Tiap langkah diuaraikan menurut urutan waktu. Yang dahulu didahulukan, yang kemudian dikemudiankan. Tiap langkah itu dijelaskan sejelas-jelasnya sehingga pembaca dapat mengerti. Supaya paparan bertambah jelas, acapkali digunakan contoh-contoh, ilustrasi, gambar-gambar, tabel, diagram, peta, denah dan sebaginya. 4. Karangan argumentasi Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil doktrin, sikap dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisannya harus tterampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis. Karangan argumentasi memiliki beberapa ciri sebagai berikut: a. Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi kayakinan pembaca agar menyetujuinya. b. Mengusahakan pemecahan suatu masalah, dan c. Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai satu penyelesaian. Karangan argumentasi adalah karangan yang paling sukar bila dibandingkan dengan karangan-karangan yang lainnya, karena disini pengarang mengemukakan argumentasi (alasan), bukti atau contoh yang dapat meyakinkan sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap dan keyakinannya. Dan lebih daripada itu pembaca akan bertindak sesuai dengan apa yang dimaksudkan pengarang. 5. Karangan perusasi Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomuniksikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-fakta yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan. Disamping itu, dalam menulis karangan persuasi harus pula diperhatikan penggunaan diksi yang berpengaruh kuat terhadap emosi atau perasaan orang lain. D. Contoh jenis-jenis karangan 1. Karangan narasi Bunda adalah seorang wanita yang saleh. Ia merupakan anak dari seorang penghulu, tetapi kakek ini tak pernah tringat oleh ku betapa tampangnya. Dalam keadaan tak mengandung dapat dipastikan bunda pasti sembahyang dalam rukuhnya yang putih bersih. Hanya muka dan jari-jari saja yang nampak. Kadang-kadang tangannya memegangi tsbih. Selamanya aku tak berani mendekati bila ia dalam keadaan seperti itu. Kutunggu ia diluar kamar hingga ia habis sembahyang. “untuk apa orang sembahyang ibu?” sekali aku pernah bertanya. “supaya mendapat rahmat dari Tuhan,” katanya. “Supaya mereka yang berdosa mendapat jalan kembali ke tempat yang baika. Supaya engkau selamat untuk seterusnya. Nanti kalau engkau sudah besar, engkau akan mengerti sendiri apa gunanya. Engkau masih kecil. Lebih baik engkau bermain-main saja. Dan aku tak pernah bertanya lagi tentang hal itu. Bila malam telah sampai, dn ayah belum juga pulang kerumah, sering aku terbangun oleh suara bunda yang sedang melagukan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan suara jernih dan menyayu-nyayukan seperti malam yang amat sunyi. Suaranya tetap bagus dalam mengaji ataupun menyanyi. Dan bila ayah tak juga pulang sampai pagi hari bunda terus juga mengaji. Sekali aku pernah terbangun dan pergi mendekatinya bertanya: “sudah malam ibu masih mengaji juga?” Ibu mengambil daku dan didudukannya dipangkuannya. Tapi ia tak berkata apa-apa. Diciumnya daku dan masih terasa olehku betapa hangatnya nafasnya waktu hidungnya melekat pada pipiku. Kemudian bunda mengaji terus, tapi suaranya parau tertegun-tegun. “Untuk apa ibu mengaji terus?” tanyaku lagi. “Agar ayahmu selalu selamat. Supaya ayahmu dijauhkan dari perbuatan maksiat. Supaya engkau selamat, engkau tak tidur lagi?” “Mengapa bapak belum datang juga?” Dan bunda menjawab pertanyaan itu dengan cium yang ditekankan keras-keras pada pipiku, tapi ia tak berkata apa-apa. “Dimana bapak bu?” aku bertanya lagi. “Bekerja.” “Sudah begini malam?” “Ya, pekerjaan banyak.” “Kapan bapak datang bu?” “Kalau engkau bangun tidur nanti bapak sudah pulang. Ayo tidur lagi, nak” Dibawanya aku ke keranjang. Sebentar terdengar suara b unda meninabobokan dan waktu aku terbangun lagi bunda masih terdengar mengaji. Suaranya terdengar jernih. Seperti bukan suara manusia yang kudengar. Tapi kejernihan itu ingin aku menanyakan adakah ayah sudah datang atau belum. Tapi aku tak kuasa bangun. Aku tertidur kembali dan aku mimpi tentang ayah, tentang bunda, tentang adikku yang berumur satu tahun...... (pramoedya Ananta Toer, cerita dari Blora) 2. Karangan deskripsi Jalan dari Padang ke kalumbuk Pauh IX berkelok-kelok melewati sawah yang subur dan kincir air, lalu membelok melaui jalan setapak. Sampailah ke sebuah rumah yang terbuat dari dinding pelupuh (bambu yang diketok), asal menempel pada tiang yang lapuk. Angin dengan leluasa menerpa rumah yang berukuran 6 X 7 m ini, karena pelupuhnya berubang. Kalau duduk dilantai kulit pinang lantai yang tinggi akan kelihatan. Dan jika hujan, air pun tercurah dengan leluasa. Inilah rumah keluarga Thaher yang dihuni oleh tujuh orang. Rumah itu tidak jauh beda dengan...... kandang sapi. Seorang anak perempuan turun dari rumah panggung ini dengan meraba-raba. Ah, lantai panggung ini memang tidak rapt, karena ketiadaan uang. Sigadis itu harus memasak, kerja rutin yang menjadi kewajibannya. Dapurnya hanya disudut rumah persis dibawah tiang penyangga, dengan dinding ilalang yang tidak rata. Hanya ada sebuah panci untuk menanak nasi dan sebuah wajan untuk menggoreng. Itu saja kekayaan dapurnya karena yang dimasak pun tidak ada, dan Usnidar sigadis dengan tekun bekerja dalam kegelapan., tanpa mengeluh, tanpa banyak bicara. Kemudian keluarlah Afrizal dengan senyummengembang, menyambut cahaya pagi yang dirasa melanda kulitnya. Dengan sabar dia menuntun sepeda yang sudah usang, berjalan tertatih-tatih juga disusul pula oleh adiknya Yusnalis dan Sardiwal. Setiap hari Afrizal harus berjualan es, untuk ikut menunjang kehidupan keluarganya. Dia terpaksa berjualan walaupun matanya tidak bisa melihat. Setiap hari dari hasil mereka ke seluruh desa, anak ini mengantongi Rp. 300,. Dan keseluruhannya diserahkan kepada ayahnya, untuk dibelanjakan. Apa dosa kami? Keluarga Thaher boleh dikatakan keluarga yang amat papa dan menderita. Kebahagiaan Cuma hinggap sebentar saja dalam kehidupan keluarga. Ketika pak Thaher yang buruh tani itu kawin dengan Yuslima-wanita yang berkulit langsat dan termasuk wanita yang cantik di Kalumbuk. Dia merasa bahagia, orang tua yang menjodohkannya, dan ia bersyukur pada Tuhan, apalagi ketika anaknya sulung lahir, lelaki. Anak yang sehat untuk melindungi seluruh keluarga. Kebahagiaan Thaher disempurnakan lagi. Isterinya mengandung dan melahirkan anak perempuan. Genap sudah apa yang sudah dicita-citakan, punya anak lelaki dan anak wanita. Tetapi sejak saat itu datanglah malapetaka yang beruntun. Mah utih (karena kulitnya putih) merasa setiap pagi matanya perih, tetapi siang hari kembali terang lagi. Begitu sebulan terus menerus sampai akhirnya pada suatu pagi ketika dia bangun dia melihat alam sekitarnya gelap. Utih menangis, kenapa? Kenapa matanya tidak melihat apapun juga? Ah, betapa rindunya melihat wajah anak laki-laki dan anak perempuannya. O, betapa mungilnya bayi cantik ini. Ah, sekarang utih hanya dapat meraba-raba saja. Yusnidar sudah berumur dua tahun, sudah dapat berjalan bertatih-tatih. Mendengar suara tertawa Yus, Utih sudah merasa bahagia. Kalau Yus berlari dia mengikuti dari pendengarannya saja. Tetapi suatu hari suara Yus yang riang itu tidak terdengar lagi. Yus seringjatuh dan hatinya iba mendengar anak nya jatuh menjerit keaskitan. Pak Thaher juga heran mengapa anaknya sering terantuk batu. Baru kemudian menyadari, ketika tangannya digoyangkan didepan mata anaknya, Yus tidak memberikan reaksi. Anak ini didekapnya dan air mata Thaher pun menetes. Ah, Yusnidar yang cantik ini pun mengalami kebutaan seperti ibunya. Dunia Yus tidak lagi cerah. Betapa sukarnya bagi Thaher untuk mengatakan apa yang sebenarnya menimpa Yus pada istrinya. Tiga hari dia merenung meilih kata-kata yang tepat. Musibah ini harus diketahui isterinya. Dan Utih pun menerima berita sedih ini hanya dengan meneteskan air mata. Tidak ada jalan lain selain menerima cobaan Tuhan. Kesedihan hati Utih pun sedikit terobati ketika dia mengandung lagi. Harapan timbul untuk memperoleh anak yang sehat yang dapat melihat. Anak ketiga lahir, Afrizal dan ketika umurnya dua tahun, anak yang ganteng lincah ini oun mengalami kebutaan pula. Tiba-tiba matanya yang yang cemerlang ada bintik putih dibagian yang hitam dan dunia pun gelap. Tidak nampak matahari pagi, tiak dapat melihat indahnya sayap kupu-kupu, tidak dapat melihat wajah ayah dan ibu. Anak keempat dan kelima pun dmeikian pula. Utih hatinya sedih, Tuhan, apa dosa kami? Mengapa engkau menciptakan kami dengan derita ini? Utih hanya bersembahyang saja, memohon kepada Tuhan untuk memberi pertolongan kepada anaknya yang mengalami kebutaan ketika berumur dua tahun. 3. Karangan eksposisi Pernahkah anda menghadapi situasi tertentu dengan perasaan takut? bagaimana cara mengatasinya? rasa takut adalah rasa dimana seseorang merasa bahwa dirinya sedang mengalami situasi atau suasana yang menghilangkan rasa percaya diri mereka akan sesuatu. Di bawah ini ada lima jurus untuk mengatasi rasa takut tersebut. Pertama, persiapkan diri anda sebaik-baiknya bila menghadapi situasi atau suasana tertentu. Dengan mempersiapkan diri saat menghadapi situasi atau suasana tertentu anda akan merasa siap bahkan merasa bahwa anda telah melewati situasi dan suasana tersebut. Kedua, pelajari sebaik-baiknya bila menghadapi situasi tersebut. Anda harus mempelajaribaik-baik situasi apa yang sedang anda hadapi baik ditempat sepi maupun dikeramaian. Karena anda akan merasa siap dengan segala suasana dan situasi yang telah anda pelajari. Ketiga, pupuk dan binalah rasa percaya diri, kepercaya dirian merupakan kunci utama anda dalam mengatasi rasa takut. Dengan percaya diri anda merasa bahwa anda mampu melewati situasi dan suasana yang akan anda laluitanpa terhalangh oleh rasa takut. Keempat, setelah timbul rasa percaya diri, pertebal keyakinan anda . keyakinan anda dalam menghadapi rasa takut dipertebal agar anda mampu dan yakinbahwa rasa takut itu akan hilang dengan kepercayaan diri yang kuat dan keyakinan yang tinggi Kelima, untuk menambah rasa percaya diri, kita harus menambah kecakapan atau keahlian melalui latihan atau belajar sungguh-sungguh. Anda juga harus memiliki keahlian dan kecakapan dalam suatu bidang, agar rasa percaya diri anda kuat dan menghilangkan rasa takut melanda anda. 4. Karangan argumentasi Facebook, tidak saing lagi rasanya mendengar kata itu, tentu saja sudah lama sekali facebook masuk dalam kehidupan di bumi ini, facebook secara cepat dapat menggantikan posisi findster, hampir sebagian frindster saat ini berganti dan beralih ke dacebook. Ada apa gerangan dengan semua ini? Facebook merupakan sebuah website yang berbasis jaringan sosial. Menurut pengamatan, ternyata facebook memebrikan fasilitas yang cukup banyak bagi penggunanya. Disamping fasilitas yang didapat, pengguna diberi kemudahan dalam mengakses dan kemudahan chatting secara online dengan teman. Di Indonesia saat ini sedang heboh-hebohnya mengenai facebook., tak hanya kalangan remaja saja, anak SD bahkan orang tua tak sedikit yang gila facebook. Begitu cepatnya fecebook menarik perhatian masyarakat, bahkan sekarang ini tak punya facebook dibilang tak gaul. Namun disisi negatifnya facebook lebih banyak merugikan bagaimana tidak?. Sebagai seorang pelajar yang mempunyai kewajiban untuk belajar, facebook sangat mengganggu terhadap pelajaran sekolah, baik baik waktu maupun konsentrasi untuk belajar. Hampir setiap hari orang-orang membuka facebook hanya untuk sekedar update status ataupun chattongan dan banyak lagi, dan itu hanya untuk membuang waktu saja. Padahal masih banyak lagi hal penting yang harus dikerjakan. Namun entah kenapa facebook seakan menyihir para penggunanya. Siapa sekarang yang tidak kenal facebook? Belakangan ini di masyarakat banya kasus yang terjadi akibat facebook. Contohnya saja, kasus anak-anak perempuan yang diculik akibat perkenalan dengan orang asing di facebook. Contoh lain, ada juga seorang isteri yang meninggalkan keluarganya karena pergi dengan teman chatingannya di facebook, hingga tidak pulang kerumah lagi. Adapula yang melakukan penipuan melalui facebook, status facebook yang mungkin tidak tepat saja, bisa menjadi msalah. Jadi sebenarnya facebook itu mempunyai dampak yang positif dan negatif. Karena tampak berusaha meyakinkan dan mempengaruhi pembaca, karanagn itu dapat dikatakan karangan argumentasi. Penggalan karangan itu menyajikan argumentasi (entah cukup kokoh atau tidak) untuk memperkuat ajakannya. Makin dianggap kokoh bagi pembaca, argumentasi yang disuguhkan maka besar pengaruh karangan tersebut. 5. Karangan persuasi Narkoba merupakan jenis obat-obatan terlarang yang dikonsumsi dengan cara ditelan mauoun diminum melalui mulut, dihirup atau dihisap dengan hidung, serta disuntikkan pada salah satu bagian tubuh. Penggunaan narkoba memang bisa membuat perasaan menjadi tenang dan senang. Namun pada sisi lain, obat tersebut dapat membuat pemakainya tergantung dan merusak organ tubuh. Sebenarnya obat ini jenis psikotropika, ini didunia kesehatan lebih sering digunakan untuk membius seseorang yang akan menjalani operasi kesehatan di rumah sakit. Akan tetapi oleh beberapa pihak obat ini disalah gunakan penggunannya. Padahal, jika dugunakan secara terus menerus pengguna bisa ketagihan atau kecanduan sehingga hal ini menimbulkan beberapa efek yang merugikan. Selain membuat beberapa organ tubuh menjadi rusak terutama pada sistem kerja saraf, jika tingkat kecanduannya sudah tinggi maka orang tersebut bisa berbuat apa saja demi mendapatkan obat aterlarang atau narkoba tersebut. Misalnya saja mencuri uang untuk membeli narkoba atau perbuatan kriminal lainnya. Dan yang lebih membahayakan lagi, bagi yang sudah kecanduan, keinginan untuk mengkonsumsi narkoba ini mengalami peningkatan hingga overdosis. Akibatnya bukan hanya organ tubuh dan saraf yang terganggu, namun yang lebih fatal lagi adalah kehilangan nyawa atau meninggal dunia gara-gara kandungan kimia yang msuk kedalam tubuh terlalu tinggi. Oleh karena ini, peredaran narkoba pada umumnya lebih sering terjadi dikalangan remaja dan pelajar harus dapat dihindari sedini mkungkin agar tidak merusak masa depan mereka. Tugas ini bukan merupakan tanggung jawab orangtua dan guru di sekolah saja, namun semua anggota masyarakat harus ikut berperan. Perlu diketahui, hingga saat ini belum ada sistem yang benar-benar efektif bisa menjadi andalan untuk menyembuhkan ketergantungan pada narkoba terutama lagi yang sudah kecanduan. Oleh karena itu sebelum terlanjur sebaiknya jangan sekalipun mencoba untuk mengkonsumsi narkoba. E. KESIMPULAN Karangan adalah suatu penyampaian pikiran secara resmi dan teratur melalui ucapan atau tulisan atau suatu usaha penyajian pembicaraan yang luas tentang suatu pokok persoalan secara lisan atau tulisan. Definisi diatas tidak hanya membatasi karangan dalam bentuk lisan seperti ucapan, pidato dan khutbah. Jenis-jenis karangan dapat dibedakan menjadi 5 macam yakni: a. Karangan narasi (cerita) b. Karangan deskripsi (lukisan) c. Karangan eksposisi (paparan) d. Karangan argumentasi (alasan) e. Karangan persuasi (ajakan) F. PENUTUP Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan tentang jenis-jenis karangan. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua dan tentunya makalah ini tidak terlepas dari kesalahan maupun kekurangan dalam pengisian materi.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik maupun saran yang membangun guna memperbaiki makalah- makalah selanjutnya.
SEJARAH DAKWAH PADA MASA DAULAH BANI ABBASIYAH (132-656 H) I. PENDAHULUAN Pendirian pemerintahan abbasiyah dianggap sebagai suatu kemenangan bagi ide yang dianjurkan oleh kalangan bani Hasyim setelah kewafatan rasulullah SAW, agar jabatan khalifah diserahkan kepada keluarga rasul dan sanak saudaranya. Tetapi idea ini telah dikalahkan di zaman permulaan Islam, dimana pemikiran Islam yang sehat menetapkan bahwa jabatan khalifah itu adalah milik kepunyaan seluruh kaum Muslimin, dan mereka berhak melantik siapa sajaantara kalangan mereka untuk menjadi ketua setelah mendapatkan dukungan. Tetapi orang Parsi yang masih berpegang kepada prinsip hak ketuhanan yang suci, terus berusaha menyebarkan prinsip tersebut, sehingga mereka berhasil membawa Bani Hasyim ketampuk pemerintahan. II. RUMUSAN MASALAH a. Bagaimana sejarah berdirinya daulah bani Abbasiyah? b. Bagaimana sistem pemerintahan yang diterapkan oleh daulah Bani Abbasiyah? c. Bagaimana kehidupan dakwah pada masa daulah bani Abbasiyah? d. Bagaimana periode kejayaan dan kemunduran daulah Abbasiyah? e. Bagaimana akhir dari pemerintahan daulah Abbasiyah? III. PEMBAHASAN A. Sejarah berdirinya daulah bani Abbasiyah Sebelum berdirinya Daulah Abbasiyah terdapat tiga poros yang merupakan pusat kegiatan, antara yang satu dengan yang lain mempunyai kedudukan tersendiri dalam menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Nabi saw. Abbas ibn Abdul Mutholib dari namanya dinasti itu disandarkan. Tiga tempat itu ialah Humaimah, Kufah dan Khurasan. Humaimah merupakan tempat yang tenteram, bermukim di kota kecil itu keluarga dari Bani Hasyim baik dari kalangan pendukung Ali maupun pendukung aliran Syi’ah, pendukung Ali bin Abi Tholib yang selalu ditindas oleh Bani Umayyah, sehingga mudah untuk dipengaruhi agar memberontak terhadap Umayyah. Khurasan mempunyai warga yang bertempramen pemberani, kuat fisiknya, tegap tinggi, teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak mudah bingung terhadap kepercayaan yang menyimpang, disanalah diharapkan dakwah kaum Abbasiyah mendapatkan dukungan. Di Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah yang salah seorang pemimpinnya bernama al-Imam Muhammad ibn Ali yang meletakkan dasar-dasar bagi berdirinya daulah Abbasiyah dan mengemukakan bahwa pemindahan kekuasaan dari satu keluarga ke keluarga lain harus didahului oleh persiapan-persiapan jiwa. Bahwa perubahan yang mendadak akan menyababkan goncangan dalam masayarakat dan belum tentu berhasil, sehingga harus diatur strategi yang hati-hati dengan cara menyebarkan para pripogandis untuk mendukung keluarga Nabi Saw. Ide dan pemikiran untuk mendirikan kekuasaan Abbasiyah diatur di Humaimah, dan disebarkan di Kufah sedang tempat pergolakan dilakukan di Khurasan yang jauh dari pengamatan pemerintahan Pusat Umayyah di Damaskus. Para penerang dakwah Abbasiyah berjumlah 150 orang dibawah para pemimpinnya yang berjumlah 12 orang dan puncak pemimpinnya ialah Muhammad ibn Ali. Mereka mendakwahkan kebaikan keluarga Bani Hasyim untuk mengambil hati dan dukungan dari kelompok Syi’ah. Langkah tersebut berhasil menggaet pendukung kaum syi’ah. Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan dua tahap yakni yang perrtama dilaksanakan sangat rahasia tanpa melibatkan pasukan perang, mereka berdakwah atas nama abbasiyah sambil berdagang mengunjungi tempat yang jauh-jauh, dan dalam kesempatan menunaikan haji di Mekkah. Yang kedua yakni dengan menggabungkan para pengikut Abu Muslim al Khurasani dengan pengikut abbasiyah, dua kekuatan itu berdiri di atas nama abbasiyah yang sudah menggunakan kekuatan senjata untuk melawan kekuatan Umaiyyah. Imam Ibrahim, pemimpin abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan itu diketahui oleh Khalifah Umayyah terakhir, Marwan ibn Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan Umayyah dan dipenjarakan di Harran. Sebelum dieksekusi ia mewasiatkan kepada adiknya Abu Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika ia tahu bahwa ia akan terbunuh dan memerintahkannya untuk pindah ke Kufah. Sedangkan pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salamah. Segeralah Abu al-Abbas pindah dari Humaimah ke Kufah diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain, seperti Abu ja’far, Isa ibn Musa, dan Abdullah bin Ali. Pemimpin Umayyah di Kufah, Yazid ibn Umar ibn Hubairah ditaklukan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu salamah selanjutnya kemah di kufah yang telah ditaklukan pada tahun 132 H. Abdullah ibn ali, salah seorang paman Abu Abbas diperintahkan untuk mengejar Khalifah Umayyah terakhir, Marwan ibn Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri dan dapat dipukul di dataran rendah sungai Zab. Pengejaran dilanjutkan ke Mausul, Harran dan menyeberangi sungai Euphrat sampai ke Damaskus. Khalifah itu melarikan diri hingga ke Futsat di Mesir dan akhirnya terbunuh di Busir, wilayah alfayyun tahun 132 H/750 M dibawah pimpinan Salih ibn Ali seorang paman al-Abbas yang lain. Dengan demikian berdirilah Daulah Bani Abbas yang dipimpin oleh khalifah pertamanya Abu al-Abbas as-Saffah yang berpusat untuk pertama kali di Kufah. B. Sistem pemerintahan daulah Bani Abbasiyah Pemerintahan kekhalifahan bani Abbas bertumpu pada banyak sistem yang pernah dipraktekkan oleh bangsa-bangsa yang sebelumnya baik yang muslim maupun non-muslim. Dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah diletakkan oleh Khalifah kedua, Abu Ja’far al-Mansur yang dikenal sebagai pembangun khilafah tersebut. Sedangkan sebagai pendiri Abbasiyah ialah abu Abbas as-Saffah. Dukungan dan sumbangan bangsa Persia kentara sekali ketika ketika Abbasiyah berdiri dengan munculnya Abu Muslim al-khurasani dan memang wilayah operasional wangsa ini berada di bekas reruntuhan kerajaan Persia. Kebangkitan orang-orang Persia itu antara lain karena sudah bosannya mereka terhadap kebijaksanaan pemerintah Umayyah yang diskriminatif terhadap bangsa non-Arab yang menjadikan mereka warga kelas dua yang disebut dengan kaum Mawali. Maka tidak mengherankan bila kekhalifahan Abbasiyah mengambil nilai-nilai Persia dalam sistem pemerintahannya. Bangsa Persia mempercayai adanya hak agung raja-raja yang didapat dari Tuhan, oleh karena itu para khalifah Abbasiyah memperoleh kekuasaan untuk mengatur negara langsung dari Allah bukan dari rakyat, yang berbeda dari sistem kekhalifahan yang diterapkan oleh khulafaurrasyidin yang dipilih oleh rakyat. Kekuasaan mereka yang tertinggi diletakkan pada ulama’, sehingga model pemerintahannya merpakan sistem teokrasi. Khalifah bukan saja berkuasa dibidang pemerintahan duniawi, tetapi mereka juga berhak memimpin agama yang mendasarkan pemerintahnannya pada aagama. Abbasiyah memprotes Umayyah yang mementingkan kemegahan duniawi. Dinasti baru tersebut juga ingin mempertahankan bidang keagamaan, dan menggunakan simbol-simbol yang dianggap suci bagi mereka dengan menyertakan mantel dan tongkat Nabi ketika dilasksanakan pelantikan khlaifah dan upacara-upacara keagamaan. Khalifah Abbasiyah juga menggunakan gelar Imam untuk menunjukkan aspek keagamaannya, gelar itu telah lama dipakai oleh kelompok syi’ah. Namun dalam hal pengangkatan putra mahkota, Abbasiyah meniru sistem yang dolaksanakan oleh Umayyah yakni menetapkan dua putra mahkota sebagai pengganti pendahulunya yang berakibat fatal karena dapat menimbulkan pertikaian antar putra mahkota. Para khalifah pada masa daulah Abbasiyah Para khalifah Bani Abbasiyah sebanyak 37 orang, sebagaimana tercantum dibawah ini: 1. Abu Abbas as-Saffah 132-136 2. Abu Ja;far al-mansur 136-158 3. Abu Abdullah Muhammad al-mahdi 158-169 4. Abu Muhammad Musa al-mahdi 169-170 5. Abu Ja’far Harun ar-Rasyid 170-193 6. Abu Musa Muhammad al-Amin 193-198 7. Abu Ja’far Abdullah al-Makmun 198-218 8. Abu Ishaq Muhammad al-Mu’tasim 218-227 9. Abu Ja’far Harun al-Wasiq 227-232 10. Abul Fadl Ja’far al-Mutawakkil 232-247 11. Abu Ja’far Muhammad al-Muntasir 247-248 12. Abul Abbas Ahmad al-Mu’tasin 248-252 13. Abu Abdullah Muhammad al-Mu’taz 252-255 14. Abu Ishaq Muhammad al-Muhtadi 255-256 15. Abul Abbas Ahmad al-Mu’tamid 256-279 16. Abul Abbas Ahmad al-Mu’tadid 279-289 17. Abu Muhammad Ali al-Muktafi 289-295 18. Abu Fadl Ja’far al-Muqtadir 295-320 19. Abu Mansur Muhammad al-Qahir 320-322 20. Abul Abbas Ahmad ar-Radi 322-329 21. Abu Ishaq Ibrahim al-Muttaqi 329-333 22. Abul Qasim Abdullah al-Mustaqfi 333-334 23. Abul Qasim al-fadl al Muti’ 334-362 24. Abul Fadl Abdul Karim at-Ta’i 362-381 25. Abu Abbas Ahmad al-Qadir 381-422 26. Abu Ja’far Abdullah al-Qa’im 422-467 27. Abul Qasim Abdullah al-Muqtadi 467-487 28. Abul Abbas Ahmad al-Mustahzir 487-512 29. Abu Mansur al-fadl al-Mustarsyid 512-529 30. Abu Ja’far al-Mansur ar-Rasyid 529-530 31. Abu Abdullah Muhammad al-Muqtafi 530-555 32. Abul Muzaffar al-Mustanjid 555-566 33. Abu Muhammad al-Hasan al-Mustadi’ 566-575 34. Abu al-Abbas Ahmad an-Nasir 575-622 35. Abu Nasr Muhammad az-Zahir 622-623 36. Abu Ja’far al-Mansur al-Muntasir 623-640 37. Abu Ahmad Abdullah al-Mu’tasim. 640-656 C. Kehidupan Dakwah pada masa daulah bani Abbasiyah 1. Level Negara dan Penguasa Daulah Abbasiyah merupakan daulah yang berdiri dengan tegas diatas panji-panji Islam. Selama lima abad perjalanannya, daulah ini menjadi sarana dakwah dan pendukung dakwah Islam. Denagn semangat dakwah yang tinggi, daulah ini menjadi kerajaan Islam yang telah dapat mengubah dunia dari gelap menjadi terang, dari mundur menjadi maju. Dakwah dimasa ini dapat dibagi dalam dua level yaitu: level Negara dan penguasa, dan level masyarakat.  Para khalifah Abbasiyah masa keemasan adalah juga seorang ulama yang cinta ilmu. Mereka memuliakan ulama dan pujangga serta membuka pintu istana selebar-lebarnya buat mereka. Putra-putra khalifah juga mendapatkan pendidikan khusus tentang agama dan kesusastraan, agar mereka menjadi ulama dan pujangga.  Mendorong dan memfasilitasi upaya penerjemahan berbagai ilmu dari berbagai bahasa ke bahasa arab, seperti filsafat, ilmu kedokteran, ilmu bintang, ilmu pasti, ilmu fisika, ilmu musik, dan lain-lain.  Melakukan perluasan dan pembinaan wilayah dakwah. Dakwah perluasan pada masa ini hampir dibilang tidak ada, yang ada hanyalah pembinaan wilayah-wilayah yang sudah ada dipangkalan Islam sejak zaman Umayyah. Ada upaya untuk menundukkan konstantinopel, tetapi belum berhasil.  Mendorong dan memfasilitasi pembaruan sistem pendidikan dengan munculnya Madrasah Nidzamul Muluk dan Madrasah Nidzamiyyah di Baghdad. Dari Madrasah-madrasah ini lahirlah ulama-ulama besar.  Setelah cahaya Abbasiyah meredup, politis peran dakwah nya pun menjadi tidak kuat. 2. Level Masyarakat Meskipun Islam pada level negara menunjukkan kelemahan dan kelesuan, tetapi pada level masyarakat, aktivitas keislaman tidak tidur dan tidak terlalu terpengaruh oleh kelemahan dan kerusakan yang terjadi dilevel negara. Barangsiapa menelusuri kitab-kitab tabaqat dan tarajim akan menemukan bagaimana aktivitas ilmiah dan dakwah menjamur di Baghdad ketika itu. Masjid-masjid dan sekolah-sekolah penuh dengan kajian ilmiah, ulama sangat berperan pada saat itu, bahkan kadang-kadang mengalahkan pengaruh para khalifah. Hal ini terbukti ketika ada ulama yang meninggal sangat banyak orang yang berbondong-bondong ingin mengucapkan belasungkawa dan mengantarkan ke kuburan. D. Periode kemajuan dan kemunduran Daulah Abbasiyah 1. Periode kemajuan (periode keemasan) Kebudayaan akan berkembang dengan luas dikalangan umat apabila umat itu berada dalam keadaan yang tenteram dan stabil. Umat islam menikmati keadan ini setelah berdirinya kerajaan Abbasiyah dan khalifah Abu Abbas as-Saffah dan khalifah Abu Ja’far berhasil mempertahankan serta menumpas musuh-musuh nya. Setelah tercapai kemenangan di medan perang, tokoh-tokoh tentara membukakan jalan kepada anggota-anggota pemerintahan, keuangan, undang-undang dan berbagai ilmu pengetahuan untuk bergiat dilapangan masing-masing. Dengan demikian maka muncullah di zaman itu kelompok penyair handalan-handalan, filosof-filosof, ahli-ahli ilmu hisab, tokoh-tokoh agama dan pujangga yang memperkaya perbendaharaan bahasa Arab. Kebangkitan di zaman tersebut dapat dibagi dalam tiga lapangan: a. Kegiatan menyusun buku-buku ilmiah Diantara penyusun yang terkemuka di zaman itu ialah Imam Malik yang menyusun buku al-Muwatta’, Ibnu Ishaq yang menyusun sejarah hidup Nabi Saw, dan Abu Hanifah yang menyusun fiqh dan pendapat ijtihad. Abu Ja’far al-mansur dikatakan telah memainkan peranan penting didalam mengarahkan ulama di bidag ini. b. Penyusunan ilmu-ilmu Islam Ilmu-ilmu Islam ialah ilmu-ilmu yang muncul di tengah suasana hidup keislaman berkaitan dengan agama dan bahsa Al-Qur’an. Sebagian ilmu-ilmu Islam yang telah mengalami perubahan dan perkembangan besar di zaman pemerintahan Abbasiyah yaitu: • Kelahiran ilmu tafsir dan pemisahannya dari hadits Boleh dikatakan bahwa zaman pemerintahan Abbasiyah telah melahirkan ilmu tafsir Al-Qur’an dan pemisahannya dari ilmu Hadits. Mengenai kelahiran ilmu tafsir ternyata bahwa sebelum zaman tersebut tidak terdapat penafsiran seluruh Al-Qur’an dan tidak juga sebagiannya secara teratur dan tersusun. Sebaliknya yang ada ialah tafsir bagi sebagian-sebagian ayat dari berbagai surah, dibuat untuk tujuan tertentu karena orang banyak berselisih pendapat mengenai pemaknaannya. • Ilmu Fiqh dan Madzhab-madzhab nya Diantara kebanggan zaman pemerintahan Abbasiyah ialah terdapat nya empat Imam Fiqh yang ulung ketika itu, mereka ialah Imam Abu Hanifah (150 H), Imam Malik (179 H), Imam Syafi’i (204 H), dan Imam Ahmad bin Hanbal (241 H). Keempat imam imam tersebut merupakan ulama’-ulama’ fiqh yang tiada tandingannya di duinia Islam. Madzhab-madzhab fiqh mereka adalah yang paling masyhur dan paling luas penyebarannya sampai sekarang ini. • Nahu dan Aliran-alirannya Zaman pemerintahan Abbasiyah adalah kaya dengan ahli-ahli nahu bahasa Arab yang terbagi kepada dua aliran Bashrah dan Kufah. • Sejarah dan kelahirannya Sebagaimana hadits ini merupakan induk dari ilmu tafsir ia juga menjadi induk dari ilmu Sirah (sejarah hidup Nabi Saw). Para sahabat dan tabiin telah meriwayatkan tentang hari dan tempat lahir Rasulullah Saw, tentang penyusunannya dan tentang baginda dibesarkan, tentang zaman mudanya tentang pelantikannya sebagai Rasul, tentang bagaimana baginda disambut dengan baik di Madinah. Begitu juga peperangan-peperangan yang disetai oleh baginda dan persediannya untuk menyebarkan agama Islam diluar semenanjung tanah Arab. c. Terjemahan dari bahasa asing Sesungguhnya kebangkitan pikiran dikalangan kaum muslimuin di zaman pemerintahan Abbasiyah secara terang bergantung pada kegiatan yang lus dibidang terjemahan dari bahsa Sansekerta, Suriani, dan Yunani. Pada tahun 762 khalifah Al-Mansur telah meletakkan batu pertama bagi ibukotanya yang baru yaitu Baghdad dan telah menghimpun golongan cerdik, pandai diberbagai lapangan dan serta menggalakkan penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dan sastra dari bahasa-bahasa lain ke bahasa Arab. Pada tahun 832 M khalifah Al-Ma’mun mendirikan di Baghdad sebuah akademi pertama lengkap dengan pusat melihat bintang, perpustakaan yang besar dan lembaga untuk terjemah menerjemah. Di akademi tersebut telah diterjemahkan buku-buku besar yang penting dari dari berbagai bahasa kedalam bahasa Arab. Diantara buku-buku yang diterjemahkan antara lain adalah buku-buku karangan Euclide, beberapa buah karangan Galen, Hipocrates, Apollonius, Plato, Aristoteles, Themistius, perjanjian lama dan sebuah buku kedokteran yang dikarang paulus al-Agini. 2. Periode kemunduran (disintegrasi) Masa kemunduran dimulai sejak Abbasiyah diperintah oleh khalifah Abu Ja’far Muhammad al-Muntashir (247-248/861-862) sampai jatuhnya Baghdad saat khalifah berada ditangan Abu Ahmad Abdullah al-Mustha’shim (640-656/1242-1258). Beberapa faktor yang menyebabkan daulah Abbasiyah mengalami kemunduran diantaranya : a. Adanya friksi dalam tubuh daulah Abbasiyah, friksi ini membuat daulah hanya sibuk mempertahankan wilayah yang sudah ada dan mengamankan perbatasan wilayah. Upaya untuk mempertahankan wilayah yang sudah adapun tidak berhasil sepenuhnya, karena ada beberapa wilayah yang memisahkan diri dari pemerintahan pusat. Diantara dinsti-dinasti independen dimasa itu ialah : Idrisiyah di Maroko, Rustamiyah, Aghlabiyah, Zirriyyah, Hammadiyah, al-Murhabithin di Afrika utara, Mazyadiyah di Hilla dan Irak tengah. Marwaniyyah di Diyarbakr di Aleppo dan Syiria utara. Ayyubiyah di Mesir, Syiria, Qamartiyah di Arabia timur dan tengah dengan Bahrain sebagai pusatnya, dan masih ada beberapa wilayah lain yang menyatakan independen dan memisahkan diri dari pusat pemerintahan di Baghdad. Dinasti umayyah di Spanyol dan fatimiyyah di Afrika utara dan Mesir bahkan menjadi saingan pemerintahan baghdad. b. Gaya hidup mewah dan berfoya-foya pada lingkunagn pejabat dan keluarga. Kehidupan mewah cenderung menjadikan orang cinta dunia dan lupa untuk mempersiapkan bekal akhirat. c. Khalifah yang berkuasa bukan sosok yang kuat, sehingga mereka mudah dipengaruhi oleh pegawainya. d. Banyaknya serangan yang dilakukan oleh kaum salibis ke Palestina. E. Akhir dari pemerintahan daulah Abbasiyah Akhir dari kekuasaaan Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihancurkan oleh psukan Mongol yang dipimpin oleh Hulako khan, 656/1258. Ia adalah seorang saudara Qubilay khan yang berkuasa di China hingga Asia Tenggara danh saudara Mongke Khan ynag menugsakannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah Barat China ke pangkuannya lagi. Baghdad dibumihanguskan dan diratakan dengan tanah. Khlaifah abbasiyah yang terakhir dan keluarganya dibunuh, buku-buku yang terkumpulo di Baitul Hikmah dibakar dan dibuang kesungai Tigris sehingga berubahlah warna sungai air tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta yang ada pada buku-buku itu.

Rabu, 16 Oktober 2013


FEMINISME DAN GERAKAN GENDER
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah : Islam dan Kesetaraan Gender
Dosen pengampu : Dra. Hj. Jauharatul Farida, M.Ag.




Disusun oleh :
1.         Imamah Zuhroh          (121111046)
2.         Millatul Karimah         (121111062)
3.         M. Imdad Mahbubi     (121111065)



FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013





I.          PENDAHULUAN
Di sebagian besar belahan dunia, termasuk di negara-negara Muslim, perempuan secara umum mengalami keterasingan. Di banyak negara dewasa ini, tidak ada jaminan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan hukum. Di sejumlah negara, perempuan dibatasi haknya atas kepemilikan tanah, mengelola properti, dan bisnis. Bahkan dalam melakukan perjalanan pun, perempuan harus mendapat persetujuan suami. Di banyak kawasan sub Sahara Afrika, sebagian besar perempuan memperoleh hak atas tanah melalui suami mereka atas dasar perkawinan, dimana hak-hak itu seringkali hilang saat terjadi perceraian atau kematian sang suami. Di Asia Selatan yang mayoritas Muslim, rata-rata jumlah jam yang digunakan perempuan bersekolah hanya separuh dari yang digunakan laki-laki. Jumlah anak perempuan yang mendaftar ke sekolah menengah di Asia Selatan juga hanya 2/3 dari jumlah anak laki-laki. Di banyak negara berkembang, termasuk di negara-negara Muslim, wirausaha yang dikelola perempuan cenderung kekurangan modal, kurang memiliki akses terhadap mesin, pupuk, informasi tambahan, dan kredit dibandingkan wirausaha yang dikelola laki-laki.

II.          RUMUSAN MASALAH
1.     Apa pengertian feminisme?
2.     Bagaimana sejarah munculnya feminisme?
3.     Apa saja bentuk dari feminisme?
4.     Apa pengertian gerakan gender?

III.          PEMBAHASAN
A.    Pengertian Feminisme
a.      Kamla Bhasin Akhmad dan Night Said Khan
Dalam bukunya persoalan pokok mengenai feminisme dan relevansinya, menjelaskan feminisme adalah “suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat ditempat kerja dan dalam keluarga serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut”
b.     Yunahar Ilyas
Feminisme ialah “kesadaran akan ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat serta tindakan sadar oleh perempuan dan laki-laki untuk merubah kondisi tersebut.
c.      Wardah Khafidz
Feminisme diartikan sebagai teori sosial sekaligus gerakan pembebasan perempuan yang mengupayakan transformasi ke arah yang lebih adil.[1]
d.     Menurut kamus besar bahasa indonesia, feminisme ialah gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara laki-laki dan perempuan.[2]
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa feminisme adalah suatu aliran yang mendasarkan pemikirannya pada upaya untuk menumbuhkan kesadaran akan adanya penindasan dan ketidakadilan terhadap perempuan dalam masyarakat serta adanya tindakan secara sadar yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, baik perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut.
Akan tetapi, banyak dikalangan perempuan sendiri menolak terhadap feminisme. Setidaknya ada dua alasan atas penolakan tersebut,  pertama, mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami yang dimaksud feminisme atau keliru memahaminya, sehingga feminisme dianggap sebagai sebuah perjuangan yang bersifat ‘anti laki-laki’, menentang kodrat sebagai perempuan dan berbagai atribut yang berkesan mengerikan. Kedua, penolakan terhadap feminisme sesungguhnya merupakan manifestasi ketakutan akan perubahan. Feminisme yang memperjuangkan agar perempuan mereformasi pola relasi dan kuasa antara laki-laki dan perempuan dilingkup pribadi, keluarga, dan publik dilihat sebagai ancaman terhadap kemapanan tradisi, institusi, keluarga dan terhadap ideologi patriaki.[3]

B.    Sejarah Munculnya Feminisme
Gelombang feminisme pertama pada abad 18 dan 19 diletakkan dalam konteks sejarah revolusi Perancis, indutrialisasi, dan perang kemerdekaan di Amerika Utara yang semuanya telah membawa berbagai masalah untuk dan oleh perempuan. Selama revolusi Prancis (1789), suatu revolusi anti feodal, ide tentang status sosial karena hubungan keturunan dan hak-hak feodal dari raja-raja dan para aristokrat telah tumbang. Ada beberapa perempuan yang menonjol dalam menerapkan pandangan baru tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan pada masa itu serta mendukung hak-hak perempuan.
Perempuan pertama yang menulis tentang hak-hak dan kewajiban seksualnya adalah Cristine de Pisan (1364-1430). Ide tentang feminisme ini kemudian berlanjut sampai abadke 17 M, ditandai dengan gerakan protes sekuler  yang dilancarkan oleh kalangan feminis melalui tulisan-tulisan dengan nama samaran.
Perkembangan pemikiran filsafat sangat mempengaruhi gagasan feminis awal awal terutama filsafat Cartesian yang beranggapan bahwa semua manusia diberi akal, karena itu pengetahuan yang benar pada prinsipnya dapat dicapai oleh semua orang.
Pada abad ke 18 wacana gerakan masih didominasi oleh persoalan rasionalitas dan otoritas tradisional. Selain dipengaruhi oleh semangat revolusi Amerika dan revolusi Prancis yang menekankan kebebasan dan rasionalitas manusia, gerakan perempuan juga dipengaruhi oleh doktrin Jhon Lock tentang Human Right (hak asazi manusia). Mereka menyadari bahwa dalam perjalanan sejarah nya HAM di Barat lebih dirasakan oleh kaum laki-laki yang dianggap makhluk rasional, sementara perempuan dianggap makhluk yang kurang rasional sehingga perempuan tidak diberikan hak-hak sebagai warga negara sebagaimana laki-laki.
Tokoh feminis yang paling berpengaruh pada abad ke 18 ialah Mary Wollstonecraft. Menurut mary perempuan dan laki-laki mempunyai nalar yang sama, karena itu harus dididikdengan cara yang sama pula. Selain itu ia juga menuntut agar perempuan memperoleh pekerjaan, tanah (kekayaan), dan perlindungan hukum. Pada abad ke 19 ide tentang feminisme tidak hanya muncul dari kalangan perempuan, tetapi juga banyak disuarakan oleh kaum laki-laki, diantaranya Jhon Stuart Mill.
Pada awal abad ke 20, gerakan feminisme masih menakankan tuntutan yang sama dengan masa sebelumnya. Kalangan feminisme berusaha memasukkan ide bahwa perempuan juga merupakan makhluk yang sama dengan laki-laki, dan mempunyai hak yang sama pula dengan laki-laki. Asumsi dasarnya adalah perbedaan laki-laki dan perempuan seperti halnya sifat eksistensialisme, yang memberikan landasan yang teoritis akan kesamaan laki-laki dan perempuan dalam potensi rasionalitasnya. Salah satu pelopor masa ini adalah Simone de Beauvoir, tokoh feminis perancis.[4]

C.    Aliran-aliran Feminisme
Gerakan perempuan di Barat pada tahun 1960-an adalah feminisme gelombang kedua, tujuan politik feminisme terfokus pada penentuan perempuan agar sederajat dengan laki-laki. Setelah berabad-abad diabaikan, disingkirkan dan diremehkan oleh disiplin-disiplin patriarki perempuan berusaha masuk menjadi obyek penyelidikan.
1.     Feminisme Liberal
Asumsi dasar pemikiran aliran ini adalah faham liberalisme, yakni “semua manusia, laki-laki dan perempuan diciptakan seimbang, serasi, dan mestinya tidak terjadi penindasan antara satu dengan yang lainnya”. Feminisme liberal memberikan landasan teoritis akan kesamaan perempuan dalam potensi rasionalitasnya dengan laki-laki.  Namun berhubung perempuan ditempatkan pada posisi tergantung pada suami kiprahnya dalam sektor domsetik, maka yang lebih dominan tumbuh pada perempuan adalah aspek emosional, ketimbang rasional. Apabila perempuan tidak tegantung pada suami dan tiak berkiprah pada sektor domestik, maka perempuan akan menjadi makhluk rasional seperti halnya laki-laki.[5]
Tradisi feminis liberal ini dimulai sejak tahun 1792, ketika Mery Wollstonecraft menerbitkan A Vindication of The Right of Women (1799).
2.     Feminisme Marxis
Feminisme marxis berpendapat bahwa ketertinggalan perempuan bukan disebabkan oleh tindakan individu secara sengaja, tetapi akibat dari struktur ekonomi, politik, dan ekonomi yang erat kaitannya dengan sistem kapitalisme. Menurut mereka tidak mungkin perempuan dapat memperoleh kesempatan yang sama seperti laki-laki jika mereka masih tetap hidup dalam masyarakat berkelas.
Aliran ini menghilangkan struktur kelas dalam masyarakat berdasarkan jenis kelamin dengan melontarkan isu bahwa ketimpangan peran antara kedua jenis kelamin itu sesungguhnya lebih disebabkan oleh faktor budaya alam.
Unsur kunci yang membedakan feminisme marxis dari teori feminisme lainnya terletak pada anggapannya bahwa penindasan kelas merupakan penindasan utama. Penindasan kelas khususnya dikaitkan dengan cara kapitalisme menguasai perempuan daam kedudukan-kedudukan yang direndahkan. Perempuan ditekan karena adanya struktur ekonomi. Kaum feminisme marxis beranggapan bahwa hanya setelah penindasan ekonomi dipecah-pecahkan, penindasan patriakri bisa dihapuskan. Karena itu agar masyarakat dituntut perubahan sosial yang radikal dalam struktur ekonomi dan penghancuran ketidaksamaan berdasarkan kelas.
3.     Feminisme sosialis
Asumsi yang digunakan feminisme sosialis bahwa hidup dalam massyarakat kapitalis bukan satu-satunya penyebab utama keterbelakangan perempuan. Berbeda dengan feminis liberal yang memusatkan perhatian pada proses ditingkat mikro atau feminis radikal yang memusatkan perhatian hanya pada masalah seksualitas, kaum feminis sosial mengaitkan dominasi laki-laki pada proses kapitalisme. Feminisme sosialis mengkritik kaum feminisme liberal karena tidak dapat mengkaitkan patriaki dengan proses kapitalisme dan sistem produksi masyarakat.
Gerakan feminisme sosialis lebih difokuskan pada penyadaran kaum perempuan akan posisi mereka yang tertindas. Menurut mereka banyak perempuan yang tidak sadar bahwa mereka adalah kelompok yang ditindas oleh sistem patriaki.
4.     Feminisme radikal
Isu besar yang diangkat oleh kaum feminis radikal adalah menggugat semua lembaga yang dianggap merugikan perempuan seperti intuisi keluarga dan sistem patriaki, karena keluarga dianggap sebagai instuisi yang melahirkan dominasi sehingga perempuan ditindas.
Kaum feminis radikal ada yang berpandangan sangat ekstrim, tidak hanya menuntut persamaan hak dengan laki-laki tetapi juga persamaan seks. Sebagaimana dijelaskan oleh Fire Stone, tujuan penting yang harus dicapai kaum feminis adalah mengakhiri “the thyrany of the biological family” (tirani keluarga biologis). Jadi aliran ini mempunyai misi menghilangkan perbedaan seksual antara manusia secara kultural. Misalnya kaum perempuan diberi kesempatan memilih untuk melahirkan sendiri atau melahirkan secara buatan atau tidak melahirkan sama sekali.
Beberapa ide tentang seksualitas patriaki memang telah dibahas oleh kaum feminis lainnya, namun krititk terhadap penggunaan konsep tersebut dan terhadap dasar-dasar pemikiran kaum feminis radikal telah banyak dilontarkan:
Pertama, pandangan tersebut menegaskan adanya universalitas kondisi perempuan terlepas dari konteks ruang dan waktu.
Kedua, keterpakuan pada konsep seksualitas dan patriaki tidak memungkinkan orang melihat faktor lain yang mempengaruhi kehidupan kaum perempuan seperti perkembangan kapitalisme atau dinamika dalam ekonomi politik atau pengaruh keduanya terhadap kerja perempuan.
Ketiga, secara analitis mereka tidak menjelaskan mengapa laki-laki perlu mendominasi perempuan. Umumnya penjelasan yang diberikan cenderung mengacu kedorongan biologis laki-laki.
5.     Ekofeminisme
Teori ini timbul karena ketidakpuasan terhadaparah perkembangan ekologi yang semakin bobrok. Salah satu kritik ekofeminisme pada gerakan feminisme modern terutama feminisme liberal dan sosialis / marxis.
Menurut kelompok ekofeminisme dengan masuknya para perempuan ke dunia maskulin, telah menyebabkan peradaban modern semakin dominan diwarnai kualitas maskulin. Kualitas penonjolan diri untuk memperebutkan status dan materi, memang merupakan komoditas batas dan harus diperebutkan. Akibatnya sering terlihat adanya kompetisi, self centered, dominasi, dan eksploitasi.
Kritik yang dilontarkan oleh kaum ekofeminisme telah merubah araah diskusi feminisme pada tahun 1980-an, menjadi lebih terfokus pada analisis kualitas feminin, dan cenderung menerima perbedaaan laki-laki dan perempuan. Mereka mulai percaya bahwa perbedaaan gender bukan semata-mata konstruksi sosial budaya, melainkan juga instrinsik.
Ekofeminisme mengajak para perempuan untuk bangkit melestarikan kwalitas feminitas agar dominasi sistem maskulin dapat diimbangi, sehingga kerusakan alam, dekadensi moral yang semakin mengkhawatirkan dapat dikurangi. [6]
6.     Feminisme postmodern
Ide Posmo - menurut anggapan mereka - ialah ide yang anti absolut dan anti otoritas, gagalnya modernitas dan pemilahan secara berbeda-beda tiap fenomena sosial karena penentangannya pada penguniversalan pengetahuan ilmiah dan sejarah. Mereka berpendapat bahwa gender tidak bermakna identitas atau struktur sosial.
7.     Feminisme post kolonial
Dasar pandangan ini berakar di penolakan universalitas pengalaman perempuan. Pengalaman perempuan yang hidup di negara dunia ketiga (koloni/bekas koloni) berbeda dengan prempuan berlatar belakang dunia pertama. Perempuan dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih berat karena selain mengalami pendindasan berbasis gender, mereka juga mengalami penindasan antar bangsa, suku, ras, dan agama. Dimensi kolonialisme menjadi fokus utama feminisme poskolonial yang pada intinya menggugat penjajahan, baik fisik, pengetahuan, nilai-nilai, cara pandang, maupun mentalitas masyarakat. Beverley Lindsay dalam bukunya Comparative Perspectives on Third World Women: The Impact of Race, Sex, and Class menyatakan, “hubungan ketergantungan yang didasarkan atas ras, jenis kelamin, dan kelas sedang dikekalkan oleh institusi-institusi ekonomi, sosial, dan pendidikan.”
8.     Feminisme Nordic
Kaum Feminis Nordic dalam menganalisis sebuah negara sangat berbeda dengan pandangan Feminis Marxis maupun Radikal.Nordic yang lebih menganalisis Feminisme bernegara atau politik dari praktik-praktik yeng bersifat mikro. Kaum ini menganggap bahwa kaum perempuan “harus berteman dengan negara” karena kekuatan atau hak politik dan sosial perempuan terjadi melalui negara yang didukung oleh kebijakan sosial negara. [7]

D.    Gerakan Gender
a.      Isu gender dalam pembangunan
Akibat pembagian kerja yang tidak seimbang melahirkan ketimpangan peran laki-laki dan perempuan. Laki-laki berada di daerah yang makin lama makin berkuasa, menghasilkan uang dan pengaruh, sedangkan perempuan tidak menghasilkan uang, pengaruh ataupun kekuasaan. Lahirlah ketimpangan  yang berakibat ketidakadilan gender yang merugikan perempuan.
Dalam keluarga : isteri mengurus anak, suami bekerja, sebagian besar keputusan diambil oleh suami secara sepihak, anak laki-laki diutamakan dalam meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dalam masyarakat: peran-peran perempuan dibatasi pada hal-hal yang tidak penting misalnya sebagai seksi konsumsi, penerima tamu dalam panitia
Dalam pemerintahan : banyak kebijakan yang mengutamakan laki-laki misalnya dalam undang-undang perburuhan tunjangan keluarga melekat pada laki-laki. Tata nilai sosial budaya yang bias gender, dengan dominasi maskulin (budaya patriarki) dalam kehidupan masyarakat. Peraturan dan sistem hukum yang masih banyak bias gender dengan mengutamakan laki-laki dibanding perempuan. Kebijakan dan program pembangunan yang cenderung lebih mengutamakan partisipasi laki-laki daripada perempuan.[8]
b.     Feminisme di Indonesia
Perjuangan gerakan feminisme di Indonesia, sudah terdengar sejak tahun 1960-an, yang mengangkat isu perempuan dan ketidak adilan gender. Isu tersebut baru diakitkan dengan pembangunan pada tahun 1970-an yang diperjuangkan oleh sejumlah LSM.
Memang tidak isa dipungkiri, sejak awal gerakan perempuan di Indonesai, banyak dipengaruhi dan mengambil model gerakan yang sama dengan Barat. Secara umum gerakan feminisme di Indonesia dibagi dalam tiga tahapan : periode pertama, adalah tahapan “pelecehan”. Selama tahun 1975-1985, hampir semua aktivis LSM menganggap gender bukan masalah penting bahkan dilecehkan.  Umumnya mereka tidak menggunakan analisis gender sehingga reaksi terhadap masalah itu sendiri sering menimbulkan konflik antara aktivis perempuan.
Periode kedua, adalah tahun 1985-1995, dasawarsa tersebut pada dasarnya merupakan masa pengenalan dan pemahaman dasar tentang apa yang dimaksud analisis gender dan megapa gender menjadi masalah pembangunan. Lambat laun upaya tersebut membawa hasil, dimana isu gender dan perempuan tidak lagi dilecehkan, bahkan mulai diminati.[9]

E.     Kesimpulan
Feminisme adalah suatu aliran yang mendasarkan pemikirannya pada upaya untuk menumbuhkan kesadaran akan adanya penindasan dan ketidakadilan terhadap perempuan dalam masyarakat serta adanya tindakan secara sadar yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, baik perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut.
     Aliran-aliran feminisme:
1.     Feminisme liberal
2.     Feminisme marxis
3.     Feminisme sosialis
4.     Feminisme radikal
5.     Ekofeminisme
6.     Feminisme post-modern
7.     Feminisme kolonial
8.     Feminisme nordic
Setelah kita mempelajari perkembangan feminisme dan respon-respon yang ada di Barat, kita dapat menyimpulkan bahwa telah terjadi pergeseran persepsi dari konsep feminisme itu sendiri. Peregeseran konsep feminisme ke arah yang lebih multikultural tampaknya cocok untuk keadaan di Indonesia.

F.     Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami sam[paikan tentang feminisme dan gerakan gender, semoga bermanfaat bagi pembaca.
Tentunya makalah ini tidak terlepas dari kesalahan maupun kekurangan dalam pengisian materi. Oleh karena itu, pemakalah menerima kritik maupun saran  yang membangun guna memperbaiki makalah selanjutnya.




DAFTAR PUSTAKA
·       Suralaga,Fadilah, dkk, 2003, Pengantar Kajian Gender, Jakarta, Pusat Studi Wanita
·       KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) offline versi 1.1



[1] Fadilah Suralaga, dkk, pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah, 2003), hal. 86-88
[2] KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) offline versi 1.1
[3] Opcit. pengantar Kajian Gender, hal. 88
[4] Opcit. pengantar Kajian Gender, hal 88-94


[6] Opcit. pengantar kajian gender, hal 106-1011
[9]Opcit. pengantar Kajian Gender, hal. 122-123